Selasa, 22 Juli 2014

CONTOH BENTUK CERITA FILSAFAT

TIKUS DAPAT MEMBUNUH SINGA ( http://putupermadi.blogspot.com/2012/05/filsafat-tikus-dapat-membunuh-singa.html )

Didalam sebuah hutan, hiduplah seekor tikus ahli filsafat. Ia mengetahui satu hal yang tidak pernah diketahui hewan-hewan lain.. Ia yakin bahwa gelisah bisa membunuh seseorang. Sebab, gelisah bisa membunuh kebahagiaan, memadamkan kilauan cahaya dan menghilangkan kenyamanan. Selain itu, kegelisahan juga bisa menghancurkan akal,hati dan fisik.
Pada suatu hari, ia ingin mengajari teman-teman dan anak-anaknya dengan pelajaran tersebut. Tetapi sang tikus tidak ingin pelajarannya sekadar didengar dan dihafal saja. Ia ingin pelajaran itu dipraktekkan dan tertanam dalam sanubari.
Ketika sedang berceramah dihadapan hewan-hewan tersebut, tiba-tiba muncullah seekor singa. Tikus sang filosof kemudian berkata, “Tuan singa, aku hendak mengatakan sesuatu. Aku berharap engkau mau memberikan jaminan keamanan kepadaku.”
Sang singa menjawab, “Aku menjamin keamananmu, wahai tikus yang pemberani.”
Tikus kemudian berkata, “Dihadapan semua hewan-hewan ini, aku hendak menyatakan bahwa aku mampu membunuhmu jika engkau memberiku waktu selama sebulan penuh. Seluruh penghuni hutan ini akan melihat hal itu.”
Mendengar hal itu, sang singa langsung tertawa. Dengan nada mengejek, dia berkata, “Engkau mau membunuhku?”
“Benar”, jawab filosof tikus mantap dan percaya diri.
“Aku setuju. Tetapi jika engkau tidak bisa melakukannya, engkau akan kupancung didepan semua hewan. Waktunya sebulan mulai dari sekarang.”
“Baik, aku setuju.”
Sepuluh hari telah berlalu dan singa sama sekali tidak pernah memikirkan ancaman tikus tersebut. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, terbersit dalam hatinya, “Apa yang sebenarnya hendak dilakukan oleh tikus itu? Kenapa ia kelihatan begitu meyakinkan? Bagaimana kalau ancaman itu benar-benar terjadi?”
Beberapa saat kemudian ia tertawa jungkir balik sambil berkata, “Bagaimana mungkin si tikus mampu membunuhku sedangkan aku punya anak-anak yang akan membelaku? Walaupun ia mengerahkan seluruh tikus yang ada sekalipun, tidak mungkin bisa membunuhku.”
Beberapa hari kemudian, bisikan tersebut kembali hadir dalam benaknya. Untuk kali ini, ia merasakan bahwa bisikan tersebut terasa lebih kuat dari sebelumnya.
Waktu terus berjalan dan batas waktu yang ditentukan hampir berakhir. Sementara itu, sang tikus tidak datang untuk mencabut pernyataannya ataupun menyerah. Justru, filosof tikus malah terus mengumumkan ancamannya ke seluruh penghuni hutan.
Melihat kenyataan tersebut, sang singa terus berpikir, “Apakah filosof tikus mempunyai senjata yang ampuh atau telah mengumpulkan kekuatan yang luar biasa, atau membuat jebakan yang mematikan?”
Hari demi hari berganti dan pikiran-pikiran tersebut selalu muncul hingga membuat singa tidak doyan makan dan minum. Dia selalu memikirkan nasib dan akhir yang begitu mengerikan, seperti ancaman tikus tersebut.
Sebelum hari yang ditentukan tiba, tepatnya pada pagi hari yang keduapuluh lima , hewan-hewan menemukan singa tersebut telah mati didalam kandangnya.
Dia telah terbunuh oleh perasaan was-was dan ketakutan. Daging dan lemaknya telah terbakar oleh kesedihan yang ia rasakan, padahal sang tikus tidak pernah melakukan tipu muslihat atau merancang persengkongkolan apapun. Ia hanya mengetahui sebuah rahasia, bahwa menunggu musibah, memperkirakan bencana dan was-was terhadap sebuah tragedi adalah senjata ampuh yang bisa membunuh jagoan pemberani ataupun sang perkasa yang tidak punya rasa takut.
Jangan pernah menyia-nyiakan waktu.
Kebanyakan orang tidak pernah menghiraukan hari-hari yang dijalaninya, karena sibuk untuk masa depan. Cita-cita telah membuatnya lupa manisnya kehidupan yang sedang dia jalani. Yang ada hanyalah ketakutan akan masa depan. Mereka selalu resah dengan hari-
hari yang akan datang.
Mereka selalu berpikir bagaimana seandainya kehilangan pekerjaan? Bagaimana dia akan memberi makan anak-anak? Apa yang akan dia katakan kepada teman-teman? Serta bagaimana nasibnya kemudian?
Kalau kegelisahan mengenai hal-hal tersebut mampu diatasi, dia akan memikirkan hal-hal lain. Bagaimana seandainya dia menderita sakit, buta atau kaki buntung? Bagaimana bentuk tubuhnya nanti? Bagaimana dia akan menanggung semua itu?
Yang ada didalam kepala hanyalah musibah dan musibah. Barangkali, mobil yang dinaiki akan mengalami kecelakaan, barangkali pesawat yang ditumpangi akan jatuh, barangkali kapal yang ia naiki akan tenggelam dan barangkali saja bangunan tempat dia tinggal akan runtuh.
Dia pun takut kalau sampai hal-hal yang tidak diinginkan tersebut terjadi. Orang seperti ini akan menjadi mangsa empuk serigala buas bernama kegelisahan dan makanan lezat hantu bernama kesedihan……hahhahahahahahhahaha
Ada orang kaya yg baru saja mati sedang antri masuk neraka. Sambil nongkrong, ia ngobrol2 sama Malaikat penjaga gerbang neraka. “Wahai malaikat, kenapa sih orang2 pada ngatain gua pelit, bahkan gua dibilanq kikir segala sampe musti masuk neraka. apa nggak salah tuh TUHAN nyemplungin gua kesini? bukankah menjelang kematianku, aku sudah membagi warisanku untuk yayasan sosial, rumah2 ibadah & panti2 asuhan?
Malaikat penjaga neraka cuman senyum2 geli & menjawab “Gini aja deh, kalo kamu penasaran, gua mau kasih cerita dikit tentang Ayam & Sapi.”
Sapi binatang yang begitu populer, sementara ayam begitu dengki dengannya. Suatu hari ayam tak tahan lagi & ngomel2 ke­ sapi. Heh sapi, orang bicara tentang kamu begitu manis tentang kelembutanmu & matamu yang begitu memancarkan penderitaan.” kata ayam pada sapi dengan dongkol. “orang mengira kamu begitu murah hati, karena tiap hari kamu memberi mereka krim & susu. Bagaimana dengan aku, hah? Aku memberi daging ayam, aku memberi bulu2ku buat kemoceng, bahkan mereka memasak & membuat sup dengan kakiku untuk kaldu? Tapi kenapa justru kamu yg disanjung2? Kenapa?”
Sapi dg tenang menjawab.”Hmmm, Mungkin karena aku memberikannya sewaktu aku masih hidup.”
Dieennkkkkk !!! mendengar cerita itu, si-kaya pun menyesal sekali.
Semasa kecil, saya sering ingin tahu bagaimana cara jadi orang kaya. Setelah saya dewasa & bertemu serta belajar dari para pebisnis yg berhasil, maka saya mengamati bahwa hampir semua orang kaya yang menikmati & mensyukuri hidupnya selalu melakukan satu hal sepele yg ternyata amat penting. Dlm Islam, Kristen, Buddha, dsb, satu hal penting itu disebut Zakat, Infaq, Perpuluhan, Persembahan Syukur, dll, dsb. Namanya macam2.
Namun inti dari semuanya itu adalah sama, yaitu : Memberi !!!
Masalahnya hanyalah, kapan kita memberikannya? seperti sapi atau ayam? semasa hidup atau sesudah semua terlambat karena didahului maut & menyesalinya ?
Michael dan aku tidak tahu kapan pelayan meletakkan piring-piring
di meja kami. Waktu itu kami duduk-duduk di sebuah restoran kecil,
terlindung dari kesibukan Third Street, di New York City. Aroma
blintze yang baru saja disajikan tidak mengusik keasyikan kami
mengobrol. Malahan, blintze itu lama kami biarkan terendam dalam
krim asam. Kami terlalu asyik mengobrol sampai lupa makan.
Obrolan kami seru sekali, meskipun yang diobrolkan tidak penting.
Kami tertawa-tawa membicarakan film yang kami tonton malam
sebelumnya dan berdebat tentang makna di balik teks yang baru saja
kami pelajari untuk seminar sastra. Dia bercerita waktu dia
mengambil langkah penting menuju kedewasaan, yaitu hanya mau
dipanggil Michael dan pura-pura tidak mendengar bila dipanggil
“Mikey”. Waktu umur dua belas atau empat belas?
Dia lupa, tapi dia ingat ibunya menangis dan berkata bahwa dia
terlalu cepat menjadi dewasa. Ketika kami mencicipi blueberry
blintzes, aku bercerita dulu aku dan kakakku suka memetik blueberry
liar kalau mengunjungi sepupu-sepupu kami yang tinggal di desa. Aku
ingat, aku selalu memakan habis bagianku sebelum pulang ke rumah dan
bibiku selalu memperingatkan bahwa perutku pasti akan sakit sekali.
Tentu saja, itu tak pernah terjadi.
Sementara obrolan kami yang menyenangkan terus berlanjut,
pandanganku melayang ke seberang ruangan dan berhenti di sudut.
Sepasang orang tua duduk berduaan di pojok itu. Si wanita mengenakan
rok bermotif bunga yang sudah pudar, sama pudarnya dengan bantal
tempat dia meletakkan tas tangannya yang kusam. Puncak kepala si
lelaki mengilat seperti telur rebus yang sedang dia nikmati
pelan-pelan. Wanita itu mengunyah oatmeal-nya pelan-pelan juga,
nyaris dengan susah payah.
Tetapi yang membuat pikiranku teralih kepada mereka adalah
keheningan yang melingkupi mereka. Aku seakan melihat kekosongan
melankolis melingkupi pojok tempat mereka duduk. Ketika obrolanku
dengan Michael mereda dari gelak tawa menjadi bisikan, dari
pengakuan ke penilaian, keheningan pasangan itu mengusik pikiranku.
Alangkah menyedihkan, pikirku, kalau tak ada lagi yang bisa
diobrolkan. Tidak adakah halaman yang belum mereka baca dalam kisah
hidup masing-masing? Bagaimana kalau itu terjadi pada kami
Michael dan aku membayar makanan lalu kami beranjak hendak
meninggalkan restoran. Ketika kami melewati pojok tempat pasangan
itu duduk, dompetku terjatuh. Aku membungkuk untuk mengambilnya, aku
melihat, di bawah meja tangan mereka saling berpegangan lembut.
Mereka makan dengan hening sambil bergandengan tangan! Aku
menegakkan tubuhku.
Aku sangat tersentuh melihat tindak sederhana namun penuh makna yang
mencerminkan kedekatan hubungan pasangan itu. Aku merasa istimewa
karena boleh menyaksikannya.
Belaian lembut tangan lelaki tua itu pada jari-jari istrinya yang
letih dan keriput mengisi tidak hanya apa yang sebelumnya kuanggap
sudut yang secara emosional kosong, tetapi juga mengisi hatiku.
Keheningan mereka bukanlah keheningan yang tidak nyaman, seperti
ketidaknyamanan yang selalu kita rasakan setelah mendengar sebaris
lelucon atau canda-tawa waktu kencan pertama. Bukan itu. Keheningan
mereka adalah keheningan yang nyaman dan rileks, itu adalah ungkapan
cinta yang lembut dan tidak selalu membutuhkan kata-kata untuk
mengekspresikannya.
Mungkin telah bertahun-tahun mereka bersama-sama menghabiskan
jam-jam seperti ini di pagi hari. Mungkin hari ini tak ada bedanya
dari kemarin, tetapi mereka menikmatinya dengan hati yang damai.
Mereka saling menerima pasangannya, apa adanya.
Mungkin, pikirku ketika aku dan Michael keluar dari restoran, bukan
sesuatu yang buruk bila kelak yang seperti itu kami alami. Mungkin,
itu akan menjadi ungkapan cinta yang lembut dan penuh kasih.
 Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.
Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah.
Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.”Aku sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.”Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki.
“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.
Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
———————————————————————————
Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sebarkan cerita ini untuk mencerahkan lebih banyak rekan.
Dan,  yang terpenting: cintailah orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.
Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan
dia  mendapatkan pekerjaan tersebut.
* Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara  kebiasaan yang baik.
Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tsb.
Selain memperbaiki sepeda tsb, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap.
Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan
hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya.
* Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja.
Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik.”
Ibu menjawab: “Mengapa?”
Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah.”
* Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah.
Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu
tetap akan tumbuh dengan subur.”
Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku.”
* Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.
Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya?”
Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.”
Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.”
Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi.”
Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana.”
* Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.
Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan:
“Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.”
Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.”
Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat.
* Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.
Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira.
Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?”
Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.”
* Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja.
YANG PALING PENTING, HIDUP INI HARUS BERMANFAAT BUAT MAKHLUK LAIN.
BUKANKAH:
1. HARI INI LEBIH BURUK DARI KEMARIN —> CELAKA
2. HARI INI SAMA DENGAN KEMARIN —> RUGI
3. HARI INI LEBIH BAIK DARI KEMARIN —> BERUNTUNG
JADI, SATU-SATUNYA PILIHAN ADALAH CONTINUOUS IMPROVEMENT….
MUDAH-MUDAHAN BERMANFAAT…
 
6.  PENARIK BECAK YANG LUAR BIASA (http://pengharapan.com/penarik-becak-yang-luar-biasa.html)
Pada tahun 1987, seorang penarik becak berusia 74 tahun dengan nama Bai Fangli kembali ke kampung halamannya berencana untuk pensiun dari pekerjaan melelahkan itu. Di sana, ia melihat anak-anak bekerja di ladang, karena mereka terlalu miskin untuk membayar uang sekolah.
Bai kembali ke Tianjin dan kembali bekerja sebagai penarik becak, mengambil akomodasi sederhana di sebelah stasiun kereta api. Dia menunggu klien 24 jam sehari, makan makanan yang sederhana dan mengenakan pakaian bekas yang ia temukan. Dia memberikan semua pendapatannya yang didapat dengan susah payah itu untuk mendukung anak-anak yang tidak mampu membiayai pendidikan.
Pada tahun 2001, ia mengendarai becak ke Tianjin Yaohua Middle School, untuk memberikan uang sumbangan terakhirnya. Berusia hampir 90 tahun, ia mengatakan kepada siswa bahwa ia tidak bisa bekerja lagi. Semua siswa dan guru disana meneteskan air mata.
Secara total, Bai telah menyumbangkan total 350.000 yuan untuk membantu lebih dari 300 siswa miskin melanjutkan studi mereka. Pada tahun 2005, Bai meninggal dengan meninggalkan warisan inspirasi yang luar biasa.
Jika penarik becak yang mengenakan pakaian bekas dan tidak memiliki pendidikan dapat mendukung 300 anak-anak untuk pergi ke sekolah, bayangkan apa yang Anda dan saya dapat lakukan dengan sumber daya yang kita miliki untuk membawa perubahan positif di dunia kita!
Jika Anda SHARE satu posting hari ini, SHARE lah yang satu ini!
(Source: china.org.cn/video/2012-02/15/content_24642234.htm)
Seorang pemuda datang melamar wanita cantik dan kaya , akhirnya terjadilah kesepakatan.
Namun tatkala si wanita mengetahui profesi ibunda si pria, maka si wanita memberi syarat, “pada waktu resepsi pernikahan, ibumu tidak boleh datang”
Setelah berfikir, demi untuk mewujudkan pernikahannya, si pemuda dgn terpaksa menyetujuinya.
Namun sebelumnya ia menjumpai salah seorang guru spiritualnya untuk meminta pendapatnya.
Sang guru bertanya, “apa pekerjaan ibumu?
“Aku ditinggal mati ayahku saat umurku 1 tahun, akhirnya untuk membesarkanku, ibuku bekerja sebagai tukang cuci pakaian dan dia berhasil mengantar saya sampai jadi sarjana “. Jawab pemuda itu.
“Begini, hari ini kau pulang, dan kau cuci kedua tangan ibumu, besok kau kembali lagi kesini, aku akan kasih pendapatku” jawab sang guru.
Pulanglah pemuda itu, dan dia mendekati ibunya dan mencuci kedua tangannya, dia melihat begitu kasarnya tangan ibunya, ada bekas2 luka dan kulit yg terkelupas, ia melihat pemandangan itu sambil mencucurkan air mata.
Dan akhirnya ia tidak tahan untuk menunggu hari esok, dia datangi lagi sang guru dan si pemuda berkata;
“AKU TIDAK AKAN MENGORBANKAN BUNDAKU UNTUK SIAPAPUN”.
Banyak di antara kita yg sering melupakan budi baik ibu kita. Demi kenikmatan semu.
Maka saatnya kita mencuci kedua tangan ibu kita yg selalu membelai kita dan membersihkan kita, Karena suatu saat belaian itu akan pergi dan kau akan kehilangan tiket masuk  surgamu.
Pagi itu klinik sangat sibuk. Sekitar jam 9:30 seorang kakek berusia 70an datang untuk membuka jahitan pada luka di ibu-jarinya. Aku menyiapkan berkasnya & memintanya untuk menunggu, sebab semua dokter masih sibuk, mungkin dia baru dapat ditangani setidaknya 1 jam lagi.
Sewaktu menunggu, pria tua itu nampak gelisah, sebentar-sebentar melirik ke jam tangannya.
Aku merasa kasihan.
Jadi ketika sedang luang aku sempatkan utk memeriksa lukanya, & nampaknya cukup baik & kering, tinggal membuka jahitan & memasang perban baru. Pekerjaan yg tidak terlalu sulit, sehingga atas persetujuan dokter, aku putuskan utk melakukannya sendiri. Sambil menangani lukanya, aku bertanya apakah dia punya janji lain hingga tampak terburu-buru.
Lelaki tua itu menjawab tidak, dia hendak ke rumah jompo utk makan siang bersama istrinya, seperti yg dilakukannya sehari-hari. Dia menceritakan bahwa istrinya mengidap penyakit Alzheimer dan sudah dirawat di sana sejak beberapa waktu. Lalu kutanya apakah istrinya akan marah kalau dia datang terlambat.
Dijawab bahwa sejak 5 tahun terakhir, istrinya sudah tidak lagi dapat mengenalinya. Aku sangat terkejut & berkata;
“Bapak masih pergi ke sana setiap hari walaupun istri Bapak tidak kenal lagi?”
Dia tersenyum ketika tangannya menepuk tanganku sambil berkata;
“Dia memang tidak mengenali saya, tapi saya masih mengenali dia, kan?”
Aku terus menahan air mata sampai kakek itu pergi, tanganku masih tetap merinding.
Cinta kasih seperti itulah yg aku mau dalam hidupku! Cinta sungguh tidak bersifat fisik atau romantis.
Cinta sejati adalah menerima apa adanya yg terjadi saat ini, yg sudah terjadi, yg akan terjadi & yg tidak akan pernah terjadi.
Pengalaman ini menyampaikan pesan penting padaku: Orang yg paling berbahagia tidaklah harus memiliki segala sesuatu yg terbaik, mereka hanya berbuat yg terbaik dgn apa yang mereka miliki. Hidup bukanlah sekadar berjuang menghadapi badai, tapi bagaimana tetap menari di tengah badai…
9.  ARTI DARI SEBUAH PUJIAN (http://pengharapan.com/arti-sebuah-pujian.html)
Ada kisah nyata seorang penyanyi terkenal di Eropa, seorang wanita yg memiliki suara bagus sekali. Wanita ini bersuamikan pemain musik, pemain keyboard & seorang pengarang lagu. Begitu pandainya sang suami ini tentang lagu,nada, birama,tangga nada & hal2 lain di bidang musik semacam itu, sehingga dia selalu menemukan apa yg harus dikoreksi ketika isterinya menyanyi.
Kalau isterinya menyanyi selalu saja ada komentar & kritik, seperti bagian awal kurang tinggi, bagian ini kurang pelan, bagian akhir harusnya naik sedikit,dsb. Selalu saja ada komentar pedas yg dia lontarkan kalau isterinya menyanyi. Akhirnya sang wanita malas menyanyi. Dia berkeputusan: wah gak usah nyanyi aja deh, apa saja salah terus, nyanyi apa saja ada yg kurang. Enggak usah nyanyi, kalau nyanyi kadang malah bertengkar.
Singkat cerita, karna suatu musibah, sang suami meninggal & lama setelah itu si wanita menikah lagi dgn seorang tukang ledeng. Tukang ledeng ini tdk tahu menahu soal musik.
Yg ia tahu isterinya bersuara bagus & dia selalu memuji isterinya kalau bernyanyi.
Suatu ketika isterinya bertanya: “bagaimana laguku pa?”. Dia berkata kepada isterinya: “Ma,saya ini selalu ingin cepat pulang karna mau dengar km menyanyi, ma”
Lain kali dia berkata,”Ma,kalau saya tdk menikah dgn km, mungkin saya sdh tuli karna bunyi dentuman, bunyi gergaji, bunyi cericit drat pipa ledeng,dll yg saya dgr sepanjang hari kalau saya bekerja. Sebelum saya menikah denganmu, saya sering mimpi & terngiang2 suara2 gergaji dll yg tidak mengenakkan itu ketika tidur. Skrg setelah menikah & sering mendengar km menyanyi, lagumulah yg terngiang-ngian­g”.
Istrinya sangat bersuka cita, tersanjung merasa diterima dgn pujian yg diterima & membuat dia gemar bernyanyi dan bernyanyi. Mandi dia bernyanyi, masak dia bernyanyi dan tanpa disadarinya dia berlatih, berlatih dan berlatih. Suaminya mendorong hingga dia mulai merekam & mengeluarkan kaset volume pertama dan ternyata disambut baik oleh masyarakat.
Wanita ini akhirnya menjadi penyanyi terkenal, dan dia terkenal BUKAN pada saat suaminya ahli musik, tetapi saat suaminya seorang TUKANG LEDENG yang memberinya sedikit demi sedikit pujian ketika dia menyanyi.
Sedikit pujian memberikan penerimaan, sedikit pujian memberikan rasa diterima, memberikan dorongan. Semangat dan dorongan untuk melakukan hal yang baik dan lebih baik lagi.
Sedikit pujian dapat membuat seseorang bisa meraih prestasi tertinggi yang bisa diraihnya.
Omelan, bentakan, kecaman, amarah atau kritik yg tidak membangun tidak banyak merubah, karena itu marilah kita saling memberikan sedikit pujian satu dengan yg lain.
Dikisahkan, ada seorang mantan budak kurus yang dimerdekakan oleh tuannya. Namanya Mubarak. Setelah merdeka, dia bekerja pada seorang pemiliki kebun sebagai buruh. Suatu hari, sang tuan mengunjungi kebunnya bersama dengan beberapa sahabtnya. Dipanggillah Mubarak, “petikkan kami beberapa buah delima yang manis!,” pintanya.
Bergegaslah Mubarak melaksanakan perintah sang tuan. Dia memetik beberapa buah delima dan diserahkannya kepada sang majikan dan beberapa sahabatnya tadi.
Namun, ketika majikannya mencicipi delima yang dipetik Mubarak, tak satupun ada yang manis. Semuanya masam. Sang majikan marah dan menanyai mubarak, “apa kamu tak bisa membedakan delima yang manis dan yang masam?”
“Selama ini Anda tak pernah mengizinkan saya makan barang sebuahpun, bagaimana saya bisa membedakan yang delima yang manis dan yang masam?,” jawab Mubarak.
Sang tuan merasa kaget dan tak percaya, bertahun-tahun bekerja di kebun itu, tapi Mubarak tak pernah makan satu buahpun. Maka ia menanyakan hal itu kepada tetangga-tetangganya. Mereka semua menjawab, Mubarak tak pernah makan delima barang sebuahpun.
Singkat cerita, selang beberapa hari, sang tuan datang menemui Mubarak untuk dimintai pendapatnya. “Aku hanya punya seorang anak perempuan, dengan siapa aku harus menikahkannya?”
Orang Yahudi menikahkan karena kekayaan . . .  Orang Nashrani menikahkan karena ketampanan . . .
Mubarak menjawab dengan tenang, “tuan, orang Yahudi menikahkan karena kekayaan, orang Nashrani menikahkan karena ketampanan, orang  Jahiliyah menikahkan karena nasab kebangsawanan, sedangkan orang Islam menikahkan karena ketakwaan. Tuan termasuk golongan mana silahkan tuan menikahkan putri tuan dengan cara mereka!”
Orang  Jahiliyah menikahkan karena nasab kebangsawanan . . . Sedangkan orang Islam menikahkan karena ketakwaan.
Pemilik kebun itu berkata, “demi Allah, aku hanya akan menikahkan putriku atas dasar ketakwaan. Dan aku tidak mendapati laki-laki yang lebih bertakwa kepada Allah melebihi dirimu. Maka aku akan menikahkan putriku denganmu.”
Subahanallah, Mubarak menjaga dirinya dari makan buah delima di kebun yang dia bekerja di sana karena belum pernah diizinkan oleh pemiliknya, namun akhirnya Allah anugerahkan kebun itu beserta pemiliknya kepadanya. Balasan memang sesuai dengan amal. Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Subahanallah, Mubarak menjaga dirinya dari makan buah delima di kebun yang dia bekerja di sana karena belum pernah diizinkan oleh pemiliknya, namun akhirnya Allah anugerahkan kebun itu beserta pemiliknya kepadanya.
Seorang Arab Badui menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memegang tanganku kamudian mengajariku sebagian yang telah Allah ajarkan padanya. Beliau bersabda,
??????? ???? ?????? ??????? ????????? ??????? ????? ??????? ?????? ????????? ??????? ??????? ??????
“Sesunguhnya, tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena rasa takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla melainkan Allah akan memberikan kepadamu yang lebih baik darinya. ” (HR. Ahmad)
Maka dari rumah tangga yang dibina Mubarak atas dasar ketakwaan tadi, lahirlah seorang syaikhul Islam, ulama besar, muhaddits ternama, mujahid yang pemberani, seorang kaya yang dermawan; Abdullah Ibnul Mubarak rahimahullah. (PurWD/voa-islam)
Sekarang sudah banyak orang yang tahu bahwa untuk berhasil tentu harus memiliki suatu tujuan atau impian, tetapi masih ada orang yang tidak melakukan tindakan untuk meraih mimpi-mimpinya itu.
Mempunyai sasaran dengan alasan yang kuat atas apa yang kita lakukan – entah bersifat finansial atau bukan – barulah setengah dari perjalanan untuk menyelesaikan sesuatu. Agar benar-benar tergerak untuk berbuat sesuatu, kita membutuhkan suatu dorongan yang berasal dari dalam diri, yang dalam hal ini kita sebut sebagai filsafat kehidupan. Membuat filsafat hidup kita sendiri akan mendorong dan memastikan bahwa kita benar-benar melakukan apa yang ingin dan perlu di lakukan untuk mencapai sasaran itu.
Filsafat kehidupan adalah pendekatan terhadap apa yang ingin kita lakukan dalam hidup – bagaimana kita akan melakukannya.
Filsafat hidup menentukan arah, membangkitkan kesadaran dan mengerakkan diri kita untuk membuat perencanaan-perencanaan guna merealisasikan sasaran.
Filsafat hidup ini akan membimbing kita dalam menjalani kehidupan seperti yang kita inginkan dan butuhkan.
Setiap orang seharusnya mempunyai minimal satu filsafat hidup, ini perlu di tuliskan agar kita bisa membacanya lagi dan lagi, sehingga kita selalu ingat. Dengan menuliskan akan merealisasikan pemikiran dan mendorong kita memikirkan gagasan dengan lebih jelas. Setiap pemikiran yang di realisasikan akan memotivasi tindakan positif.
Membuat filsafat ini harus di sesuaikan dengan sifat-sifat diri kita dan selaras dengan sasaran hidup kita sehingga menjamin kita sampai pada tujuan kita.
Saya telah menyusun beberapa filsafat hidup saya sendiri, yang mana dapat saya uraikan sebagai berikut :
1.      Sikap positif
Apakah sebuah gelas setengah kosong atau setengah penuh tergantung pada cara kita memandang isi gelas itu. Dengan sikap positif saya memandang bahwa gelas itu setengah penuh. Saya pecaya bahwa setiap masalah itu pasti ada solusinya. Ketika saya menjalankan prinsip ini saya menjadi mampu untuk mengatasi berbagai masalah, hambatan dan rintangan, dan sekarang saya tidak perlu takut dan cemas lagi dalam menjalani kehidupan ini. Sikap merupakan pilihan, dan saya memilih untuk bersikap positif terhadap apa pun yang saya temui.
2.      Percaya pada diri sendiri
Saya telah melatih diri saya selama bertahun-tahun untuk percaya pada diri saya sendiri. Saya melakukan ini karena saya tahu kelebihan dan kekurangan diri saya, dan kini saya menjalani hidup saya sesuai dengan kekuatan, kemampuan dan potensi yang saya miliki. Saya mau menjadi diri saya sendiri, bukan menjadi diri orang lain.
Melalui pembelajaran yang saya peroleh, saya menemukan bahwa kunci keberhasilan seseorang adalah terletak pada Kepercayaan pada diri sendiri, di mana kepercayaan ini muncul bila kita telah mampu menerima keberadaan diri kita sendiri.
3.      Berani mengambil resiko
Sasaran-sasaran yang telah kita tetapkan akan terwujud kalau kita berani mengambil tindakan dan berani mengambil resiko terhadapnya. Kalau kita sudah percaya pada sasaran kita, resiko itu pasti bisa kita atasi. Kita menjadi gigih dan tidak mudah putus asa ketika mengalami kegagalan.
Kalau dulu saya tidak berani melepaskan jabatan saya sebagai Dirut BPR, mungkin saya tidak bisa menjadi trainer dan penulis buku seperti sekarang ini. Saya beranikan diri untuk menempatkan diri saya pada posisi yang sulit agar saya bisa berkonsentrasi penuh pada sasaran saya. Saya percaya bahwa kegagalan itu hanyalah bersifat sementara, dan masa-masa sulit itu justru yang bisa membuat diri saya semakin tangguh. Menurut pandangan saya bahwa gagal itu tidak ada kecuali kita berhenti mengupayakan tercapainya sasaran kita sendiri. Bila kita masih terus berjuang, maka itu bukan berarti gagal, itu adalah proses yang harus kita lalui.
4.      Damai dan tenang
Di dalam alkitab di tuliskan : Tuhan tidak menghendaki kekacauan, tetapi Damai Sejahtera. Saya percaya untuk mencapai keberhasilan kita perlu merasa damai dan tenang terlebih dahulu, barulah ide-ide atau gagasan-gagasan yang kreatif akan muncul. Oleh karena itu sejak beberapa tahun yang lalu saya mulai menjalani hidup saya yang damai dan tenang. Saya mengupayakan kedamaian dan ketenangan ini dengan berlatih relaksasi dan meditasi. Secara perlahan tapi pasti, saya mengupayakan untuk melepaskan ego saya sendiri, saya belajar untuk menjadi sabar, saya belajar untuk tidak berprasangka buruk, belajar menerima keadaan apa adanya. Saya merasakan sendiri bahwa kedamaian dan ketenangan ini banyak membantu dalam kehidupan saya saat ini.
5.      Melayani dengan sebaik-baiknya
Dalam hidup ini kita memang harus melayani, sebab melalui pelayanan inilah kita bisa hidup sukses dan bahagia. Prinsip ini saya aplikasikan dalam hidup saya saat ini, karena saya percaya kalau kita mau sukses kita harus memberi terlebih dahulu, barulah kita akan menerima. Kita tidak mungkin menerima sebelum kita memberi. Kepada klien-klien, saya berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, dengan begitu saya juga akan mendapatkan yang terbaik.
Inilah 5 hal yang menjadi filsafat hidup saya saat ini, dan ini lah yang mengarahkan saya untuk melakukan tindakan-tindakan yang di perlukan.
Sekarang saat bagi anda menyusun filsafat hidup anda sendiri. Luangkan waktu untuk menggali dan menemukan sifat-sifat yang sesuai dengan filsafat hidup anda;  selaraskan dengan sasaran hidup atau tujuan tertinggi yang ingin anda capai dan kemudian tuliskan filsafat hidup ini dan bawalah kemanapun anda pergi. Filsafat hidup ini sebaiknya di susun hingga sempurna, sesuai dengan jiwa kita dan tidak ada benturan-benturan di dalam diri sendiri. Bila benturan itu masih terjadi, tentu kita harus segera memperbaikinya. Intinya bahwa filsafat hidup ini seharusnya bebas dari konflik-konflik internal – di dalam diri dan memotivasi.
Selanjutnya bacalah setiap hari – di pagi hari – sebelum anda mulai bekerja, renungkan apa yang bisa anda lakukan hari ini.  Di malam hari bacalah kembali dan renungkan apa yang akan anda kerjakan esok hari. Bila filsafat hidup ini telah meresap di dalam jiwa kita, dia akan menjadi sebuah sistem kita, dan secara otomatis kita akan bersikap sesuai dengan nya.
(Larangan Merokok yang Tidak Beralasan Pada Kesehatan:”berdasarkan dampak yang tertera pada bungkus rokok” )
Bebarapa golongan masyarakat beranggapan rokok adalah sebuah benda berdampak negatif, mulai darisegi kesehatan sampai sosial masyarakat. Dari segi kesehatan rokok dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti halnya himbauan pemerintah pada setiap label rokok “Merokok dapat menyebabkan kangker, serangan jantung, impntensi, dan gangguan kehamilan dan janin”. Dari segi sosial rokok identik dengan dunia criminal dan kenakalan remaja (para perokok adalah orang – orang nakal dan sering melakukan tindak criminal). Bahkan ada pula beberapa orang yang mencap perokok adalah seorang pemalas, orang yang menghabiskan waktunya untuk merokok saja. Selain mencap perokok adalah pemalas, beberapa orang juga menjustifikasi perokok adalah orang egois, karena mereka merokok tanpa memperhatikan yang lain (perokok jumlahnya sedikit dari pada non perokok), mereka merokok senaknya sendiri.
Pandangan beberapa masyarakat terutama non perokok dijadikan beberapa golongan untuk mengeluarkan larangan merokok, mulai dari institusi resmi pemerintah sampai dengan organisasi masyarakat (ormas). memang sampai saat ini belum muncul Undang-undang yang secara khusus melarang tentang merokok, tapi larangan itu diatur dalam undang-undang kesehatan no 36 tahun 2009. Undang-undang ini kemudian diwujudkan oleh beberapa pemerintah daerah untuk mengeluarkan perda larangan merokok ditempat-tempat umum (sekolah, kampus, halte bus, bandara, stasiun, dll). Berdasar pada UU itu pula, saat ini menteri kesehatan mulai menggodog rancangan peraturan pemerintah tentang larangan merokok. Selain dari unsur pemerintah, yang lebih mengagetkan beberapa ormas yang berlatar belakang agama (Muhammadyah), para ulamanya mengeluarkan fatwa bahwa merokok itu haram.
Pandangan beberapa masyarakat dan larangan tentang merokok tentu semakin menyudutkan para perokok. Mayarakat awam non perokok yang biasa acuh tentang keberadaan perokok pun kemudian beranggapan bahwa memang merokok itu adalah sebuah penyakit masyarakat yang harus dimusnahkan, karena pemerintah saja melarang. Masyarakatpun secara perlahan akan menjahui mereka para perokok karena kebiasaanya merokok. Larangan tentang merokok pada kemudian hari tentu menurunkan jumlah perokok “mau merokok saja susah, berhenti merokok aja”, disisi lain juga karena banyak orang menghindarinya.
Larangan Merokok Dari Segi Kesehatan
Larangan-larangan merokok yang muncul saat ini pada dasarnya sangat mengherankan. Tentu bukan hanya sekedar persoalan stigma yang berkembang dimasyarakat tentang rokok atau persoalan tentang kehatan saja. Tentu ada sesuatu yang luar biasa sehingga menjadikan banyak pihak mengeluarkan larangan tentang merokok.
Larangan tentang merokok karena “Merokok dapat menyebabkan kangker, serangan jantung, impontensi, dan gangguan kehamilan dan janin” agaknya kurang tepat. Dari segi bahasa himbauan pemerintah melarang merokok, dengan menunjukkan dampak akibat merokok bagi kesehatan, pada tiap bungkus rokok penuh dengan keragu-raguan. Kata dapat memiliki arti bisa “iya” juga bisa “tidak”. Kata ini memiliki kemungkinan 50:50. dari hal ini pemerintah begitu tidak mengerti tentang dampak negative yang akibatkan oleh rokok.
Dampak akibat merokok yang dihimbaukan oleh pemerintah pada bungkus rokok juga mengada-ada. Jika kita mengamati proses dari pada merokok, akibat yang ditimbulkan oleh rokok yang tertera pada bungkus rokok itu kurang tepat. Merokok itu dihisap oleh mulut dan sudah barang tentu sedikit atau banyak asap yang dihisap oleh rokok itu masuk pada paru – paru, mengapa kok tidak disertakan penyakit gangguan paru-paru yang dihasilkan oleh rokok. Kok malah kangker, kemudian serangan jantung, dan gangguan kehamilan dan janin yang disertakan.  Menurut Dr. H. M. Fauzi Rokok itu tidak terbukti menimbulkan penyakit-penyakit yang dianggap selama ini seperti kanker, jantung, impotensi dll.  Menurutnya, hanya penyakit  paru obstruktif kronis atau disebut bronchitis kroni dan emphysema saja yang timbul dikarenakan kebiasaan merokok.
Rokok pada dasarnya adalah sebuah obat. Sejarah penemuan rokok kretek di Indonesia yang berawal dari kudus lebih dilatar belakangi karena sang penemu yang sedang sakit di bagian dada, dia kemudia mengoleskan minyak cengkeh ke dadanya. Karena rasa sakitnya sudah agak sedikit redah, dia kemudian mencoba merajam cengkeh untuk dicampur dengan tembakau yang telah dirajam dan dilinting menjadi rokok. Kemudian dia menghisap rokok temuannya itu. Lama-kelamaan sakitnya hilang, temuaanya ini kemudia diceritakan kepada saudara-saudaranya terdekat. Memang agak lucu cerita ini tapi itu adalah cerita yang berkembang tentang sejarah penemuan rokok kretek di kudus.
Sejarah penemuan rokok yang berasa dari Indian juga menyebutkan bahwa rokok adalah sebuah obat. Masyarakat Indian menggunakan rokok sebagai obat, bahkan masyarakat Indian menganggap bahwa tanaman tembakau adalah tanaman dewa. Dari beberapa relief yang digambar oleh suku bangas maya dan Aztec juga terdapat gambar dewa-dewa mereka yang sedang menghisap rokok.
Dalam beberapa penelitian memang rokok menghasilkan nikotin, namun nikotin bukanlah penyebab dari munculnya penyakit-penyakit yang disebutkan dalam setiap bungkus rokok. Penyakit-penyakit itu lebih disebabkan oleh radikal bebas. Nikotin diakui mengandung banyak manfaat, bahkan ia dijuluki gold nicotine. Unsur kimianya yang berjumlah 11000 macam itu membuatnya sangat istimewa. Nikotin dapat membunuh sel-sel penyebab kangker atau sel-sel kangker.  Di dalam nikotin terdapat partikel aurum, dan partikel inilah yang nantinya akan menjadikan merkuri (radikal bebas) menjadi partikel yang tidak berbahaya, begitu juga pada kangker.
Rokok – rokok penghsil nikotin terbesar adalah jenis rokok kretek. Rokok kretek merupakan rokok yang tidak memiliki filter dan tidak dicampuri dengan saos. Rokok kretek ini merupakan rokok asli produk dalam negeri. Berdasarkan penelitian bu Gretha (pakar nuclear science yang mengelola klinik di beberapa kota dan Lembaga Peluruhan Radikal Bebas di Malang), rokok kretek tidak mengandung radikal bebas penyebab kangker, rokok penyebab radikal bebas adalah rokok sintesis. Rokok sistesis sendiri adalah rokok yang tembakaunya berasal dari kertas dan dicampuri saus ketika proses perubahan kertas menjadi tembakau. Rokok-rokok sintesis (rokok putihan).
Kangker disebabkan karena radikal bebas, radikal bebas sendiri tidak serta merta dihasilkan oleh semua rokok, tapi radikal bebas banyak pada udara. Sebagai akibat polusi udara. Dan yang mendi obat adalah rokok. Namun, tidak semua rokok dapat dijadikan obat, ada pula rokok yang justru menimbulkan penyakit. Rokok kretek, rokok yang dari sejarahanya ditemukan oleh putra bangsa ini adalah jenis rokok yang dapat dijadikan obat. Sedangkan rokok yang justru mendatangkan penyakit adalah rokok sintetis (rokok putihan), yang notabene rokok ciptaan orang barat (amerika).
Dari pernyataan di atas mengapa terdapat larangan merokok, bukankah radikal bebas itu banyak berasal dari udara sebagai akibat polusi udara, sedangkan polusi udara di Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh kendaraan bermotor, mengapa tidak kendaraan bermotor saja yang dilarang di Indonesia? Ha…ha…ha….ha….
Sebelum menjadi Indonesia, kepulauan di tanah air memiliki beraneka nama. Bangsa Tionghoa menyebut kawasan kepulauan tanah air dengan nama Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatera. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah (Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Tiongkok semuanya adalah “Hindia“. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).
Pada jaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker ( 1820 – 1887 ), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” ( Bahasa Latin insula berarti pulau). Nama Insulinde ini kurang populer.
Nusantara
Pada tahun 1920, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker ( 1879 – 1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memperkenalkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “India”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh JLA. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam Bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Sumpah Palapa dari Gajah Mada tertulis “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap dipakai untuk menyebutkan wilayah tanah air dari Sabang sampai Merauke.
Indonesia
Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan ( 1819 – 1869 ), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Ingris, George Samuel Windsor Earl ( 1813 – 1865 ), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis:
“… the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians“.
Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon ( Srilanka ) dan Maladewa. Earl berpendapat juga bahwa nahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini. Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan:
“Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago“.
Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama resmi. Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi.
Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826 – 1905 ) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-tulisan Logan.
Pribumi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat ( Ki Hajar Dewantara ). Ketika dibuang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Nama indonesisch (Indonesia) juga diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia).
Identitas Politik
Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama “Indonesia” akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.
Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya,:
“Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut “Hindia Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.”
Di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924). Pada tahun 1925, Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama “Indonesia”. Akhirnya nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda.
Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Hindia Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch-Indie”. Tetapi Belanda menolak mosi ini.
Dengan jatuhnya tanah air ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama “Hindia Belanda”. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, lahirlah Republik Indonesia.
14.  REVITALISASI PANCASILA (http://kisah-cerita-sejarah.blogspot.com/2011/07/ revitalisasi-pancasila.html )
Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR/1998 ditegaskan bahwa Pancasila sebagai ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah final. Artinya, perdebatan eksistenasi Pancasila sebagai ideologi Negara sudah tertutup. Kecuali perdebatan metodologi sosialisasi Pancasila yang paling tepat terbuka lebar. Tujuannya agar Pancasila dirasakan sebagai ideologi perekat integrasi nasional dalam wadah Nation State yang dilegitimasikan empat pilar kebangsaan Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Itu semua menjadi national interest yang mencakup national security dengan lima aspeknya yakni eksistensi bangsa, kedaulatan negara, integritas bangsa, stabilitas nasional, dan kredebilitas pemerintah. Pemeliharaan national interest dan national security itu bertujuan untuk mewujudkan tujuan nasional “masyarakat yang adil dan makmur dan makmur dalam keadilan”.
Akan tetapi sejak Era Reformasi 1998-2011 ini Pancasila ditinggalkan bahkan nyaris dilupakan. Ini merupakan pilihan politik yang sesat. Pada hal Bung Karno mengingatkan bahwa “Bila bangsa Indonesia mempertahankan secara gigih panji-panji Pancasila sebagai satu-satunya ideologi nasional progresif dalam pembangunan nasional niscaya tidak akan sesat”.
Pengertian Pancasila seperti digariskan Bung Karno itu, yakni Pancasila sebagai pemerasan kesatuan jiwa Indonesia; Pancasila sebagai menifestasi persatuan bangsa Indonesia dan wilayah Indonesia; dan Pancasila sebagai weltanschauung (pandangan hidup) bangsa Indonesia dalam penghidupan nasional dan internasional.
Akibat pilihan politik sesat, kita mendapatkan dampak buruk yang diindikasikan bebagai gangguan national security yang antara lain maraknya teroris dan terorisme, korupsi, narkoba, separatis dan separatisme, konflik vertikal dan konflik horizontal, radikalisasi dan radikalisme, vatalisme otonomi daerah, liberalisasi dan liberalisme politik, jati diri bangsa Indonesia anjlok, demokrasi bablas, Negara Islam Indonesia (NII), Dewan Revolusi Islam (DRI), dan invisible hands membawa misi mendestruksi eksistensi ideologi Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia.
Jadi masalah bangsa Indonesia dewasa ini sudah sangat berat, rumit, dan kompleks. Siapa yang paling bertanggung jawab untuk mengembalikan bangsa Indonesia ke jalan yang lurus? Jawabnya adalah seluruh bangsa Indonesia sendiri!
Sebagai bukti rasa tanggung jawab bagi bangsa Indonesia yaitu melakukan revitalisasi Pancasila yang mencakup nasional dan global. Revitalisasi Pancasila menjangkau the world peace ideology; Pancasila sebagai in between ideology; dan Pancasila sebagai weltanschauung Ketahanan Nasional. Pancasila sebagai the world peace ideology wajib hukumnya atas dasar nilai kemanusiaan dan perikemanusiaan di Bumi. Ini merupakan eksponen amanat pembuakaan UUD 1945 alinea keempat yakni “…ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar