Selasa, 22 Juli 2014

KUMPULAN CERITA FABEL

1. PEMIMPIN KODOK(http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=417)

 Pengarang: Anonim
Dahulu kala, ketika dunia masih sangat muda, ada sebuah kolam di tepi hutan. Di dalamnya tinggal ratusan ekor kodok yang bisa berbicara. Sungguh menyenangkan jika kita mengendap endap di balik pohon lalu mendengarkan mereka diam diam ketika mereka sedang berbicara dengan gembira.
Mereka berbicara terlalu banyak sehingga suatu saat mereka kehabisan bahan obrolan. Akhirnya mereka menjadi bosan tinggal di kolam yang sepi dan mereka menginginkan hiburan. Kodok kodok itu lalu berkumpul dan memutuskan bahwa mereka menginginkan seorang raja. Lalu mereka berdoa dengan suara nyaring bersahut sahutan agar mereka dipilihkan seorang raja.
Tiba tiba sebatang batang pohon jatuh dari langit. Batang pohon itu tercebur ke dalam kolam, air terciprat ke semua arah, menghujani ratusan kodok yang berlompatan ketakutan ke pinggir kolam. Sehari semalam kodok kodok itu bersembunyi di bawah daun teratai yang mengapung di permukaan kolam, tidak berani melangkah terlalu dekat dengan raja baru mereka. Seekor kodok yang paling berani di antara mereka lalu keluar dari tempat persembunyiannya. Dia mendekat dengan hati hati dan mengamati sang raja. Akhirnya yang lain ikut maju dan berenang hati hati di sekeliling batang pohon yang mengapung itu.
“Raja yang lucu,” ucap seekor kodok menghina. Mereka akhirnya menyadari sang raja tidak bisa menolong atau memerintah mereka. Segera mereka berdoa lagi bersahut sahutan meminta raja yang lain.
Tak berapa lama, seekor burung bangau yang besar hinggap di tepi kolam. Sebuah mahkota emas berkilauan tampak di kepalanya. “Wahai kodok kodok, saya adalah raja kalian!” seru sang bangau dengan suara keras. Lalu dia berjalan cepat ke dalam kolam dan dengan cepat menelan para kodok itu secepat yang ia bisa.
Para kodok itu berlompatan lagi ketakutan, tapi kali ini mereka tidak bisa menghindari kecepatan paruh sang bangau.
“Oh kenapa, kenapa kita tidak memerintah diri kita sendiri saja?” seekor kodok bersedih hati.
Sang bangau itu makan hingga perutnya penuh, lalu dia terbang pergi. Tapi para kodok itu sekarang tak bisa berbicara karena begitu ketakutan. Mulai saat itu yang bisa mereka lakukan hanyalah mengeluarkan suara kodok …dodododok…dododok.
Pengarang: Anonim
Orang orang berkerumun di depan toko penjual telur di sebuah pasar di desa. Yang berada di luar ingin maju masuk ke dalam, sedangkan yang di dalam ingin lebih dekat lagi ke depan meja. Mereka datang dari seluruh penjuru negeri karena mendengar ada seekor angsa yang bertelur emas, mereka ingin melihatnya dengan mata kepala sendiri. Dan akhirnya, di depan mereka semua, hal ajaib itu terjadi persis seperti yang mereka dengar. Di atas meja, berkilauan di bawah sinar matahari, tergeletak sebuah telur emas!
Mereka menggenggam erat-erat uang mereka, tangan mereka sampai berkeringat, dan mereka mengacung- acungkan tangannya berebutan ingin membeli telur itu. Tapi si Pedagang, walaupun dia sangat bersemangat, hanya bisa menjual satu telur emas sehari. Yang lain terpaksa menunggu karena si Angsa hanya bisa bertelur satu telur sehari!
Si Pedagang benar-benar tidak puas dengan hal itu, dia ingin segera punya banyak uang. Gagasan yang hebat lalu terlintas di pikirannya. Pedagang yang rakus itu akan membunuh si Angsa! Ia akan mengambil semua telur yang ada di dalam tubuhnya sekaligus. Dia sudah tidak sabar ingin segera cepat kaya.
Para pembeli bersorak gembira ketika si Pedagang mengumumkan ide hebatnya itu pada mereka. Kemudian dengan hati-hati ia mengeluarkan sebuah pisau tajam dan membelah dada burung itu. Orang-orang menahan nafasnya. Darah si Angsa menetes merah membasahi bulu bulunya yang putih.
“Dia membunuh burungnya!” orang-orang bergumam terpesona.
Lalu seorang nenek tua berkata dengan bijak,”Ya, dan dia telah melakukan kesalahan yang besar! Kamu semua akan lihat, angsa itu sekarang hanya seekor burung biasa. Tentu saja karena ia sudah mati.”
Nenek itu berkata benar. Di sana berbaring seekor angsa yang cantik, dadanya terbelah lebar, tapi tak ada sebutir telur pun terletak di dalam tubuhnya. Sekarang angsa itu hanya berguna untuk jadi angsa panggang.
“Dia sudah membunuh angsa yang memberinya telur emas!” seorang petani berkata sedih.
Orang-orang pun meninggalkan toko dan berjalan pulang dengan gontai.
Pengarang: Anonim
Pada suatu hari, Rika, si anjing laut perempuan kecil itu cerdik sekali untuk meloloskan rintangan darinya.
Hari ini, Rika mengajak keluarganya jalan-jalan ke dasar laut. Ia berkata.
“Ayah,ibu, dan adik. Ayo, jalan-jalan ke dasar laut!” ajak Rika.
“Nggak! Karena ada ikan hiu, berbahaya!” marah ibu Rika.
“Iya! Kita bisa digigit lo!” protes Ica, adiknya Rika.
Rika tak mau mendengar perkataan keluarganya. Maka, ia jalan-jalan ke dasar laut sendirian tanpa orang.
“Halo!!! Ada orang di sini?” panggil Rika sambil berjalan.
Tiba-tiba….. Ada ikan hiu di belakang Rika. Rika terkejut karena di dasar laut ada ikan hiu. Tapi, Rika tergolong hewan cerdik. Ia bisa meloloskan rintangan yang disebut.
“Hai, anjing laut! Sudah empat hari tidak makan…” kata ikan hiu. Ia menyantap daging Rika.
“Mau memakanku? Siapa takut? Boleh saja.” kata Rika dengan tanpa rasa takutnya.
“Wah.. Asyik! Mau kau makan?” tanya ikan hiu dengan girang.
“Wah, kamu jangan main-main saja! Nanti kamu bisa tambah girang!” seru Rika.
“Apa! Kamu menipuku ya!” marah ikan hiu sambil bermuka merah.
“Nih, aku menyuruh menjaga tanaman milik Nabi Sulaiman.” kata Rika.
“Apa? Dimana tanamanya?” tanya ikan hiu, penasaran.
“Itu!” jawab Rika sambil menunjuk ganggang lautnya. “Tanaman itu tidak bisa dipakai sedangkan, beliau sedang pergi”
“Aku boleh makan ya!” kata ikan hiu.
“Jangan!!!!!…………..”
“Emangnya kenapa tak boleh makan?!”
“Karena kamu dilarang memakan tanpa izin Nabi Sulaiman!”
“Mau makan atau tidak!”
“Ba-baiklah begitu.”
Maka, ikan hiu memakan beberapa tanaman. “Hhhmmmm….. sungguhnya tanaman ini lezat.”
Tetapi…“Hai! Ikan hiu! jangan makan tanaman kami!!” seru salah satu ikan.
Maka, pemilik tanaman itu menggigit seluruh tubuh ikan hiu itu. Ikan hiu juga tidak mau kalah. Ia menggaruk tubuh ikan itu. Ia berkelahi seru dalam waktu paling lama.
“Hihihi.. aku akan meloloskan rintangan ini! Selamat tinggal ikan hiu yang bodoh!”
4. KISAH NABI SULAIMAN & SEMUT (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=408)
Pengarang: Anonim
Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga bisa memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung Hud Hud dan juga boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini. Firman Allah, Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya, Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh. (An-Naml: 16-19)
Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun? Sebesar biji gandum, jawabnya.
Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu. Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya? tanya Nabi Sulaiman. Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.
Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.
Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.
5. KISAH BURUNG ELANG YANG MALANG (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=407)  Pengarang: Anonim
Alkisah pada suatu hari seorang peternak menemukan telur burung elang. Dia meletakkan telur burung elang tersebut dalam kandang ayamnya. Telur itu dierami oleh seekor induk ayam yang ada dikandang. Kemudian pada akhirnya telur elang tersebut menetas, bersamaan dengan telur-telur ayam lain yang dierami oleh induk ayam.
Elang kecil tumbuh bersama dengan anak-anak ayam yang menetas bersamaan dengannya. Dia mengikuti apa yang dikerjakan oleh anak-anak ayam tersebut, sambil mengira bahwa dia juga adalah seekor ayam. Dia ikut mencakar-cakar tanah untuk mencari cacing dan serangga. Dia menirukan suara ayam, berkotek-kotek dan bermain bersama-sama anak ayam. Kadang dia mencoba mengepakkan sayapnya tapi sekedar untuk meloncat tidak berapa jauh, seperti yang biasa dilakukan oleh anak-anak ayam yang lain. Hari-hari berlalu, tahun berganti sampai akhirnya elang ini cukup tua.
Pada suatu hari dia melihat burung terbang tinggi di atas langit. Burung itu terbang melayang dengan megah menantang angin yang bertiup kencang, tanpa mengepakkan sayap. Burung elang tersebut bertanya pada temannya, seekor ayam. “Siapakah itu yang terbang tinggi ?”
Temannya menjawab, dia adalah sang burung Elang, raja dari segala burung. Dia adalah mahluk angkasa yang bebas terbang menembus awan, kita adalah mahluk biasa yang tempatnya memang mencari makan di bumi, kita hanyalah ayam. Akhirnya elang ini melanjutkan hidupnya sebagai ayam, sampai akhir hayatnya. Dia tidak pernah menyadari siapa sejatinya dirinya, selain seekor ayam, karena itulah yang dia ketahui dan percaya sejak kecil.
Pengarang: Anonim
Seekor semut merayap dengan gesit di bawah sinar matahari. Memanjat pohon, dan menelusuri ranting dengan lincah. Dia sedang mencari makanan saat tiba-tiba dia melihat kepompong tergantung di selembar daun. Kepompong itu terlihat mulai bergerak-gerak sedikit, tanda apa yang ada di dalamnya akan segera keluar.
Gerakan-gerakan dari kepompong tersebut menarik perhatian semut yang baru pertama kali ini melihat kepompong yang bisa bergerak-gerak. Dia mendekat dan berkata :
“Aduh kasian sekali kamu ini” kata semut itu dengan nada antara kasihan dan menghina.
“Nasibmu malang sekali, sementara aku bisa lari kesana kemari sekehendak hatiku, dan kalau aku ingin aku bisa memanjat pohon yang tertinggi sekalipun, kamu terperangkap dalam kulitmu, hanya bisa menggerakkan sedikit saja tubuhmu”. Kepompong mendengar semua yang dikatakan oleh semut, tapi dia diam saja tidak menjawab.
Beberapa hari kemudian, saat semut kembali ketempat kepompong tersebut, dia terkejut saat melihat yang kepompong itu sudah kosong yang ada tinggal cangkangnya.
Saat dia sedang bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi dengan isi dari kepompong itu, tiba-tiba dia merasakan hembusan angin dan adanya kepakan sayap kupu-kupu yang indah di belakangnya.
“Wahai semut, lihatlah diriku sekarang baik-baik” kupu-kupu yang indah menyapa semut yang tertegun melihatnya.
“Akulah mahluk yang kau kasihani beberapa hari lalu ! Saat itu aku masih ada di dalam kepompong. Sekarang kau boleh sesumbar bahwa kau bisa berlari cepat dan memanjat tinggi. Tapi mungkin aku tidak akan perduli, karena aku akan terbang tinggi dan tidak mendengar apa yang kau katakan”.
Sambil berkata demikian, kupu-kupu itu terbang tinggi ke udara, meniti hembusan angin, dan dalam sekejap hilang dari pandangan sang semut
7. KISAH SEMUT DAN MERPATI (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=405)
Pengarang: Anonim
Pada suatu hari, seekor semut yang sedang berjalan-jalan mencari makan di pinggir sungai. ?eperti biasa dia berjalan dengan riang dan karena kurang hati-hati tiba-tiba ia terjatuh ke dalam sungai.
Arus sungai menghanyutkannya, semut itu timbul tenggelam dan kelelahan berusaha untuk menepi tapi tidak berhasil. Seekor burung merpati yang kebetulan bertengger di ranting pohon yang melintang di atas sungai melihat semut yang hampir tenggelam dan merasa iba.
Burung merpati ini memetik daun dan menjatuhkannya didekat semut. Semut merayap naik ke atas daun dan akhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dengan bantuan daun tersebut, mendarat di tepi sungai.
Tidak lama kemudian, sang semut melihat seorang pemburu burung sedang mengendap-endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya tadi. Semut menyadari bahaya yang membayangi merpati yang baik tersebut, segera berlari mendekati pemburu, dan menggigit kaki sang pemburu.
Pemburu itu kesakitan dan terkejut, mengibaskan ranting yang tadinya akan digunakan untuk menangkap burung. Burung Merpati menyadari keberadaan pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting kesakitan. Akhirnya sang burung pun terbang menyelamatkan dirinya.
 
Pengarang: Anonim
Di padang rumput nan hijau, hiduplah seekor kelinci yang sangat nakalm, setiap hari kerjaannya mengusili penghuni padang rumput. Pada suatu hari, si kelinci ketemu pak kijang. Dalam hati kelinci berpikir “saya kerjain saja Pak Kijang, tapi bagaimana ya?” Si kelinci berpikir keras dan tiba-tiba ide nakal sampai di kepalanya. “Saya pura-pura saja lari Pak Kijang sambil berteriak ‘pak singa ngamuk’”.
Maka sambil larilah, Si Kelinci sambil berteriak “Pak Singa ngamuk! Pak Singa ngamuk!”, akhirnya pak kijang sekeluarga lari tak beraturan, sampai anaknya Pak Kijang jatuh ke jurang.
Puaslah hati Si Kelinci, berbahak-bahak dia, “kena saya kerjain Pak Kijang”. Begitu bangganya Si Kelinci, “cerdas juga saya” Congkak si kelinci.
Si kelinci melanjutkan jalan-jalannya sambil mencari korban berikutnya. Dari kejauhan, Si Kelinci melihat Pak Kerbau. Dia pun melakukan hal yang sama seperti pada Pak Kijang. “Pak Singa ngamuk! Pak singa Ngamuk” teriak Si Kelinci, sambil berlari ke arah Pak Kerbau sekeluarga.
Terang saja Pak Kerbau langsung lari terbirit-birit sampai istri Pak Kerbau yang lagi hamil, keguguran. Duka Pak Kerbau jadi suka cita Si Kelinci.
Hari berikutnya Pak Kijang bertemu Pak Kerbau, mereka menceritakan kejadian yang mereka alami kemarin. Selagi mereka asik membahas masalah yang menimpa keluarga mereka yang disebabkan oleh Si Kelinci, tiba-tiba terdengarlah suara teriakan Si Kelinci dari kejauhan, “Tolong, saya dikejar-kejar Pak Singa, Pak Singa ngamuk! Tolong, tolong, tolooong!,” tapi tidak ada yang perduli, “ah, paling-paling Si Kelinci lagi-lagi membohongin kita” pikir mereka.
Sekuat tenaga Si Kelinci menghindari kejaran Pak Singa, tapi apalah daya, Pak Singa lebih cepat larinya, akhirnya Si Kelinci mati dikoyak-koyak Pak Singa dan tidak ada yang perduli.
Pengarang: Anonim
Alkisah, di sebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan anaknya. Bayi singa yang lemah itu hidup tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian serombongan kambing datang melintasi tempat itu. Bayi singa itu menggerakgerakkan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya. Ia merasa iba melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara. Dan terbitlah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu dan membelai dengan penuh kehangatan dan kasih sayang. Merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu, sibayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Ia terus mengikuti ke mana saja induk kambing pergi. Jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing itu. Hari berganti hari, dan anak singa tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing. Ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anak-anak kambing lainnya.
Tingkah lakunya juga layaknya kambing. Bahkan anak singa yang mulai berani dan besar itu pun mengeluarkan suara layaknya kambing yaitu mengembik bukan mengaum! la merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing-kambing lainnya. Ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa.
Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa. Seekor serigala buas masuk memburu kambing untuk dimangsa. Kambing-kambing berlarian panik. Semua ketakutan. Induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.
“Kamu singa, cepat hadapi serigala itu! Cukup keluarkan aumanmu yang keras dan serigala itu pasti lari ketakutan!” Kata induk kambing pada anak singa yang sudah tampak besar dan kekar. tapi anak singa yang sejak kecil hidup di tengah-tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing. Ia berteriak sekeras-kerasnya dan yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan. Sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bisa berbuat apa-apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusuannya diterkam dan dibawa lari serigala.
Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala. Ia menatap anak singa dengan perasaan nanar dan marah, “Seharusnya kamu bisa membela kami! Seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu! Seharusnya bisa mengusir serigala yang jahat itu!”
Anak singa itu hanya bisa menunduk. Ia tidak paham dengan maksud perkataan induk kambing. Ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing-kambing lain. Anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apa-apa.
Hari berikutnya serigala ganas itu datang lagi. Kembali memburu kambing-kambing untuk disantap. Kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada yang berani menolong. Anak singa itu tidak kuasa melihat induk kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya dicengkeram serigala. Dengan nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu. Serigala kaget bukan kepalang melihat ada seekor singa di hadapannya. Ia melepaskan cengkeramannya. Serigala itu gemetar ketakutan! Nyalinya habis! Ia pasrah, ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya!
Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras, “Emmbiiik!”
Lalu ia mundur ke belakang. Mengambil ancang ancang untuk menyeruduk lagi.
Melihat tingkah anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing. Seketika itu juga ketakutannya hilang. Ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu! Atau singa bermental kambing itu!
Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukkan kepalanya layaknya kambing, sang serigala telah siap dengan kuda-kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya. Anak singa itu terjerembab dan mengaduh, seperti kambing mengaduh. Sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luar biasa. Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala. Bukankah singa adalah raja hutan?
Tanpa memberi ampun sedikitpun serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu. Serigala itu siap menghabisi nyawa anak singa itu. Di saat yang kritis itu, induk kambing yang tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang serigala terpelanting. Anak singa bangun.
Dan pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dahsyat.
Semua kambing ketakutan dan merapat! Anak singa itu juga ikut takut dan ikut merapat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit-birit. Saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu, ia terkejut di tengah-tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa.
Beberapa ekor kambing lari, yang lain langsung lari. Anak singa itu langsung ikut lari. Singa itu masih tertegun. Ia heran kenapa anak singa itu ikut lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan berkata, “Hai kamu jangan lari! Kamu anak singa, bukan kambing! Aku takkan memangsa anak singa!
Namun anak singa itu terus lari dan lari. Singa dewasa itu terus mengejar. Ia tidak jadi mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan,
“Jangan bunuh aku, ammpuun!”
“Kau anak singa, bukan anak kambing. Aku tidak membunuh anak singa!”
Dengan meronta-ronta anak singa itu berkata, “Tidak aku anak kambing! Tolong lepaskan aku!”
Anak singa itu meronta dan berteriak keras. Suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing.
Sang singa dewasa heran bukan main. Bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukkan siapa sebenarnya anak singa itu. Begitu sampai di danau yang jernih airnya, ia meminta anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri.
Lalu membandingkan dengan singa dewasa.
Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut, “Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan!”
“Ya, karena kamu sebenarnya anak singa. Bukan anak kambing!” Tegas singa dewasa.
“Jadi aku bukan kambing? Aku adalah seekor singa!”
“Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan!” Kata sang singa dewasa.
Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum dengan keras. Anak singa itu lalu menirukan, dan mengaum dengan keras. Ya mengaum, menggetarkan seantero hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu.
Anak singa itu kembali berteriak penuh kemenangan, “Aku adalah seekor singa! Raja hutan yang gagah perkasa!”
Singa dewasa tersenyum bahagia mendengarnya.
10. RAJA YANG MEREDAM KEKACAUAN DUNIA(http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=396)
Pengarang: Anonim
Kita sering terheran dengan simbol-simbol mitologi China karena di mana pun di dunia, raja dari segala binatang adalah singa, bukan macan. Konon, menurut legenda China pada zaman dahulu kala, singa termasuk salah satu shio dari 12 binatang dalam kepercayaan masyarakat China. Tidak ada macan.
Karena singa itu terlalu kejam, Dewa Utama mau menyingkirkan singa dari struktur shio. Tetapi Dewa Utama tidak bisa begitu saja melakukannya karena singa adalah raja dari segala raja binatang. Kalau singa mau disingkirkan, perlu binatang baru untuk mengontrol binatang-binatang yang ada. Dia teringat sama macan.
Macan sendiri adalah makhluk yang tidak penting di dunia manusia, lanjut legenda yang ada. Namun, ketika macan belajar keahlian bertarung dari kucing, sang macan menjadi ksatria gagah berani. Semua binatang yang menantang dia akan mati atau luka parah sekali. Macan yang selalu menang dalam perkelahian menjadi terkenal karena keahliannya.
Karena macan menjadi sangat terkenal, Dewa Utama memanggilnya ke kahyangan. Setibanya di sana, macan pun berhasil mengalahkan semua ksatria Dewa Utama. Setelah memenangkan semua pertempuran, macan pun menjadi salah satu ksatria penting Dewa Utama.
Aksara raja
Namun, setelah macan menjadi salah satu ksatria penting Dewa Utama, binatang-binatang di dunia mulai menyerang manusia karena kurangnya pengawasan. Berbagai kejadian telah menarik perhatian Dewa Utama, dan kemudian memerintahkan turun ke bumi untuk melindungi umat manusia.
Macan kemudian meminta persyaratan untuk setiap perkelahian yang dimenangkan, ia ingin mendapat penghargaan. Permintaannya dikabulkan oleh Dewa Utama. Setelah tiba di bumi, macan mempelajari kalau singa, beruang, dan kuda adalah binatang paling kuat. Macan menantang semua dan menang.
Ketika berbagai makhluk jahat mendengar kemenangan macan, semua bersembunyi di hutan yang tidak berpenghuni dan tidak pernah terlihat lagi. Seluruh umat manusia berterima kasih kepada macan karena mengalahkan makhluk-makhluk jahat.
Macan pun kembali ke kahyangan. Karena macan telah menang tiga kali, Dewa Utama menempatkan tiga garis utama di kening sang macan. Lewat beberapa waktu, dunia kembali dikacaukan oleh seekor kura-kura yang memiliki kekuatan magis jahat. Bumi dibanjiri air bah oleh kura-kura tersebut.
Macan kembali dikirim ke bumi dan membunuh kura-kura jahat tersebut. Dewa Utama kemudian memberikan penghargaan dengan menambah garis horizontal di tengah tiga garis yang dihadiahkan di kening macan. Penambahan garis ini membentuk aksara China ”wang” yang berarti raja. Aksara kanji ”wang” ini sampai sekarang masih terlihat di kening macan.
Ketika Dewa Utama mendengar kebrutalan singa di dunia, diputuskan status shio singa dicopot dan macan dipilih untuk menggantikan singa dalam strata shio kepercayaan China. Selain memiliki status shio, macan pun dinobatkan sebagai raja dari segala binatang. Macan dalam legenda China disimbolkan sebagai peredam kekacauan yang terjadi di bumi
Pengarang: Anonim
Albertadalah seekor burung laut yang hidup di lautan. Parapelaut senang melihatnya. Karena merekapercaya bila Albert mengikuti kapal mereka, mereka akan mendapat keberuntungan.
Suatuhari badai ganas muncul. Angin berembus amat kencang. Parapelaut tidak dapat melihat Albert. Albert pun tidak dapat melihat para pelaut. Yangia lihat hanyalah daratan.
“Tahukah engkau di manalautan?” Albert bertanya kepada seekor burung beo.
“Polly ingin kacang,”jawab burung itu.
“Tahukah engkau di manalautan?” Albert bertanya kepada seekor burung yang berada di dalam sebuahjam. Burung itu adalah burung kukuk.
“Kukuk-kukuk,” jawabburung itu.
“Tahukah engkau di manalautan?” Albert bertanya kepada seekor burung yang hinggap di sebuah batangpohon. Burung itu adalah burung pelatuk.
“Tok-tok-tok,” jawabburung itu.
“Tahukah engkau di manalautan?” Albert bertanya kepada seekor burung yang bertengger di atas sebuah gereja. Burung itu terbuat daribesi. Ia tidak dapat menjawab.
Albert terbang memasuki sebuah toko.
“Aku ingin topi ini untukkupakai selama pelayaran,” kata seorang ibu.
“Sungguh topi yang indah,”ucap teman-temannya. “Burung itu seperti sungguhan.”
“Oh, ya,” ujar si Ibu.”Saya akan memakainya selama berada di atas kapal.”
Parapenumpang naik ke atas kapal. Mereka melambai-lambaikan tangan. “Selamattinggal,” si Ibu berkata.
Makan malam tiba.
“Aku mengenalmu!” Nakhodaberkata.
“Tidak. Tuan Nakhoda tidakmengenal saya,” sahut si Ibu.
“Bukan Ibu,” ucap Nakhoda.”Saya mengenal burung yang ada di atas topi Ibu.”
“Oh!” seru si Ibu.”Saya tidak mau ada burung sungguhan di atas topi saya.”
“Kami ingin burungsungguhan!” teriak para pelaut. “Kami ingin elang laut itu. la akanmembawa keberuntungan.”
“Aku gembira dapat bertemudengan kalian,” Albert berkata.
“Selamat kembali, Albert!”ucap mereka yang berada di atas kapal. Mereka semua bahagia. Albert si elanglaut telah kembali. Mereka percaya akan mendapatkan keberuntungan.***
Pengarang: Anonim
Ada ayam jago baru di dusun itu. Dia datang dari kota yang jauuh … sekali.
Suatu ketika, dalam tidurnya jago itu terjaga. Sebelah matanya yang masih mengantuk membuka pelan. Di langit dia melihat benda bundar berwarna kuning keemasan.
“Itupasti matahari!” pikirnya. Maka walaupun dia masih mengantuk, dia melompat ke atas pagar.
“Kukuruyuuk…. Hari sudah pagi!” kokoknya keras-keras.
Induk-induk ayam bergegas berlarian keluar. Mereka mulai mengais-ngais mencari makan.
“Wah,betapa gelapnya hari ini!” keluh mereka.
 
Sapi-sapi pun pelahan-lahan turun ke halaman.
“Wah,rupanya Pak Tani terlambat mengajak kita ke sawah!” ujar mereka.
“Astaga,sudah pagi lagi!” gumam si Anjing. Dia masih capek dan mengantuk. Seharian tadi dia berlari-larian ikut menjaga kambing dan padi.
Tiba-tiba terbang melintas seekor burung hantu. Dia hinggap di pohon dekat mereka.
“Kamu siapa?” tanya si Ayam Jago Baru.
“Aku,Burung Hantu!” jawabnya. “Hai, mengapa kalian ribut-ribut di tengah malam begini?”
“Si Ayam Jago tadi berkokok. Itu tanda hari sudah pagi!” ujar binatang-binatang itu. Mereka kemudian ribut bergumam. Si Burung Hantu menepukkan sayapnya meminta mereka tenang.
“lya! Itu Matahari sudah terbit di langit!” ujar si Jago.
Si Burung Hantu tertawa terbahak-bahak.
“Itu bukan matahari! Itu adalah bulan purnama!” katanya.
Binatang-binatang kembali bergumam. Mereka kembali ke tempat masing-masing dan tidur lagi.
S iAyam Jago Baru merasa malu. Dia berjanji besok lagi akan membuka kedua matanya lebar-lebar. Dia harus yakin yang dilihatnya adalah matahari. Setelah itu baru dia akan berkokok.
Pengarang: Anonim
Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. “Anakku,” kata sang ibu sambil bercucuran air mata, “Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu.”
Si ibu terdiam, sejenak, “Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat”, kata ibunya dengan sendu dan lembut.
Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara, air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
Pengarang: Anonim
Sebuah hutan kecil di pinggiran desa jadi tempat hidup sekelompok binatang. Di sana ada kelinci yang sombong dan suka mengejek binatang lain yang lebih lemah. Binatang lain seperti kura-kura, siput, semut, ulat, cacing, kupu-kupu tak ada yang suka pada kelinci sombong itu.
Pada suatu saat si kelinci sombong berjalan dengan angkuh mencari korban untuk diejek. Kebetulan dia bertemu kura-kura. “Hei, kura-kura lambat! Kamu jangan cuma jalan dong. Belajarlah berlari biar cepat sampai, kata kelinci mencibir.
“Biar saja, jalanku memang lambat, tapi yang penting tetap selamat. Daripada cepat tapi jatuh dan terluka, lebih baik tetap selamat, jawab kura-kura. “Bagaimana kalau kita adu lari, ajak kelinci menantang. “Kalau kau menang, aku beri hadiah apapun yang kau minta, kata kelinci pongah. “Mana mungkin aku beradu cepat denganmu. Kamu kan bisa lari dan loncat, sedang aku-kan hanya bisa jalan pelan, karena terbebani rumahku ini, kata kura-kura tahu diri.
“Harus mau! Kamu tidak boleh menolak tantanganku. Besok pagi aku tunggu kamu di bawah beringin. Aku akan menghubungi srigala untuk jadi wasit, kata kelinci. “Awas kalau sampai nggak datang“ kata kelinci mengancam. Kura-kura hanya diam melongo. Dalam hati dia berkata, “Apa mungkin aku mengalahkan kelinci?
Keesokan harinya kelinci sombong sudah menunggu di bawah beringin. Srigala sudah datang untuk jadi wasit. Setelah kura-kura ada dan sejumlah binatang hadir jadi penonton, srigala berkata, “Peraturannya begini. Kalian balapan lari mulai dari garis di bawah pohon mangga itu, kata Srigala sambil nunjuk, “terus cepet-cepetan sampai di bawah pohon beringin ini. Yang nginjak garis duluan yang jadi pemenang. Semua yang hadir pun ngangguk-ngangguk.
Setelah semua siap, “Oke, satu.. dua.. tiga.. lari! kata srigala memberi aba-aba. Kelinci langsung meloncat mendahului kura-kura. Sementara itu kura-kura melangkah pelan karena rumahnya jadi beban. “Ayo kura-kura, lari dong..! teriak Kelinci dari kejauhan sambil mengejek. “Baiklah aku tunggu di sini ya, kata kura-kura mengejek. Kelinci pun duduk-duduk sambil bernyanyi, mengejek kura-kura yang sulit melangkah.
Karena angin berhembus pelan dan sejuk, tanpa disadari kelinci jadi ngantuk. Celakanya, tak lama kemudian kelinci pun tertidur. Penonton mengira kelinci hanya pura-pura tidur untuk mengejek kura-kura.
Meskipun pelan, kura-kura terus melangkah sekuat tenaga. Diam-diam dia melewati kelinci yang tertidur, terus melangkah dan. akhirnya mendekati garis finish. Tepat saat kura-kura hamper menginjak garis finish, kelinci terbangun. Dia sangat terkejut mendapati kura-kura sudah hampir mencapai finish. Sekuat tenaga dia berlari dan meloncat, mengejar kura-kura yang diejek dan disepelekannya. Namun apa daya, semuanya sudah terlambat. Kaki kura-kura telah menyentuh garis finish dan Srigala telah mengibarkan bendera finish saat kelinci masih berlari. Kura-kura jadi pemenang dan si kelinci sombong terdiam tak percaya. “Kenapa aku bisa tertidur ya? katanya menyesal.
“Nah, siapa yang menang? tanya kura-kura pada kelinci. “Ya, kaulah yang menang, jawab kelinci malu. “Kamu ingat kan? Kemaren kamu janji aku boleh minta hadiah apa pun bila menang lomba ini kan? Kata kura-kura mengingatkan. “Ya, pilih saja hadiah yang kau ingin, kata kelinci deg-degan. “Aku hanya minta satu hadiah dari kamu. Mulai sekarang kamu jangan sombong lagi, jangan mengejek, dan jangan ganggu binatang lain kata kura-kura. “Hanya itu?! kata kelinci terkejut. “Ya, itu saja. Kata kura-kura mantap. “Baik, aku berjanji tidak akan sombong lagi, tidak mengejek, dan aku minta maaf, kata kelinci disaksikan semua binatang.
15. ANAK BURUNG BANGAU & SEEKOR KETAM(http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=358Pengarang: Anonim
Alkisah, pada zaman dahulu terdapat sebuah danau indah berair jernih dan ditumbuhi pohon-pohon teratai yang senantiasa berbunga sepanjang masa. Di sekeliling danau itu pun tidak kalah indahnya karena ditumbuhi oleh pohon-pohon rindang yang berjejer rapi. Suasana seperti ini tentu saja menarik perhatikan makhluk hidup yang ada di sekitarnya. Salah satu diantaranya adalah burung bangau yang selalu selalu datang ke tepian danau untuk menangkap ikan-ikan kecil, ketam atau katak.
Seiring dengan berlalunya waktu, usia Sang Burung pun semakin tua dan fisiknya semakin melemah. Dia tidak segesit dulu lagi dalam menangkap buruannya, baik ikan, ketam ataupun katak. Bahkan, sering ia tidak memperoleh satu pun hasil buruan, sehingga seharian tidak makan.
“Kalau begini terus, aku bisa mati kelaparan. Aku harus mencari cara agar memperoleh makanan dengan mudah,” pikir Sang Burung Bangau.
Setelah berpikir agak lama akhirnya ia menemukan suatu ide dengan berpura-pura termenung di tepi danau seakan tidak bergairah untuk mencari mangsa. Tujuannya adalah agar para penghuni danau menjadi bingung dan menghampiri untuk menanyakan keadaannya.
Ternyata siasat Sang Bangau berhasil. Tidak berapa lama dia duduk termenung, dari arah kejauhan datanglah seekor katak. Setelah agak dekat Si Katak berkata, “Hai Bangau, mengapa engkau hanya duduk termenung dan terlihat murung?”
Dengan cerdik Sang Bangau menjawab, “Aku sedang memikirkan nasib kita yang menghuni danau ini.”
“Ada apa dengan nasib kita? Setahuku, dari dulu hingga sekarang para penghuni di danau ini baik-baik saja,” kata Si Katak.
“Engkau yang hanya tinggal di air tentu saja tidak tahu. Aku yang selalu terbang ke mana-mana sering sekali mendengar manusia sedang berbincang tentang bencana kekeringan yang akan menimpa kawasan ini dalam beberapa bulan mendatang. Tanda-tandanya dapat engkau lihat sendiri kan? Akhir-akhir ini hari semakin panas dan hujan pun sudah lama tidak turun. Aku khawatir danau ini akhirnya mengering dan semua penghuni di dalamnya akan mati,” kata Sang Bangau panjang lebar.
Mendengar penjelasan Sang Bangau tadi Si Katak hanya mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda persetujuan. Dan setelah berpamitan, tanpa membuang waktu lagi Si Katak langsung melompat ke dalam danau untuk memberitahukan kepada teman-temannya.
Singkat cerita, berita ancaman kekeringan karangan Sang Bangau tersebar cepat sekali ke seluruh penjuru danau. Sebagian besar penghuninya menjadi resah dan gelisah. Mereka lalu mendatangi Sang Bangau untuk meminta penjelasan akan kebenaran berita tersebut.
Setelah berhadapan langsung dengan Sang Bangau, salah satu diantara mereka, Ikan Haruan, memberanikan diri untuk bertanya, “Apakah betul apa yang engkau katakan pada Si Katak mengenai bencana kekeringan yang akan melanda danau ini, hai Sang Bangau?”
“Yang aku dengar dari pembicaraan para manusia memang begitu adanya,” jawab Sang Bangau.
 
“Apakah engkau dapat membantu kami mengatasi masalah ini?” tanya yang lain.
“Sebenarnya ada satu cara untuk mengatasinya, tetapi aku khawatir kalian semua tidak akan setuju,” jawab Sang Bangau bersiasat.
“Cara apakah itu?” tanya Ikan Haruan dengan tidak sabar.
“Tidak jauh dari sini ada sebuah danau lagi yang sangat besar. Danau itu adalah tempat bermuaranya beberapa sungai besar sehingga akan selalu ada airnya walau berbulan-bulan tidak turun hujan. Apabila kalian dapat berpindah ke danau itu, niscaya masalah kekeringan tidak akan lagi terlintas dalam pikiran,” kata Sang Bangau berbohong.
“Lalu, bagaimana caranya agar kami semua dapat pindah ke danau itu?” tanya beberapa ikan yang lain.
“Tidak ada jalan yang menghubungkan danau ini dengan danau yang aku ceritakan tadi. Satu-satunya cara hanyalah dengan membawa kalian terbang bersamaku. Tetapi karena kemampuanku yang terbatas, aku hanya dapat mengangkut kalian satu persatu. Itu pun kalau kalian percaya padaku. Bagaimana?” Sang Bangau balik bertanya.
Suasana seketika menjadi hening sejenak. Para ikan, ketam dan katak berada pada suatu dilema yang sulit untuk dipecahkan. Di satu sisi mereka merasa harus segera pindah ke danau lain agar tidak mati ketika danau menjadi kering. Namun di sisi yang lain, untuk dapat pindah tersebut mau tidak mau harus ikut Sang Bangau yang notabene adalah predator yang biasa memakan hewan-hewan sejenis mereka.
“Bagaimana?” tanya Sang Bangau sekali lagi.
Karena lebih takut mati apabila terjadi kekeringan, tanpa berpikir panjang lagi mereka pun setuju dengan saran Sang Bangau. Satu per satu mereka diangkut menuju danau hasil imajinasi Sang Bangau. Namun saat sampai di sebuah batu besar ikan yang dibawa dihempaskan hingga mati kemudian dimakannya. Selesai memakan satu ikan ia kembali lagi untuk “mengangkut” ikan yang lainnya. Begitu seterusnya hingga tiba giliran si ketam atau kepiting.
Tidak seperti ikan yang diangkut oleh Bangau menggunakan paruhnya, ketam lebih memilih menggunakan sapitnya sendiri untuk bergantung pada leher Bangau. Saat mereka terbang mendekati batu besar, Sang Ketam melihat banyak sekali tulang ikan berserakan. Sontak saja dia menjadi cemas dan langsung berprasangka bahwa itu adalah ulang Sang Bangau. Sang Ketam langsung memutar otak agar dapat meloloskan diri dari Sang Bangau.
Sambil berpegangan erat pada leher Bangau, Ketam berkata, “Di manakah letak danau itu?”
Bangau pun tergelak dengan terbahak-bahak lalu berkata, “Danau itu hanya khayalanku saja. Yang nyata, sekarang engkau akan menjadi makananku yang paling lezat!”
Dengan perasaan geram dan marah Sang Ketam langsung menjepit dengan lebih kuat lagi sehingga Sang Bangau sukar untuk bernapas. Sambil tersengal-sengal dan terbang semakin rendah ia memohon pada Sang Ketam agar mengendurkan jepitannya dan berjanji akan menghantarkannya pulang. Namun Sang Ketam tidak mempedulikannya dan bahkan semakin memperkuat jepitan sapitnya hingga leher Bangau akhirnya putus dan mati saat itu juga. Setelah mati, kepala Sang Bangau diseret oleh Ketam menuju danau untuk diperlihatkan kepada seluruh penghuni danau.
Sesampainya di danau, para penghuni yang telah mengantri menunggu giliran diangkut menjadi kaget dan sekaligus marah pada Sang Ketam. Mereka mengira kalau Ketam bermaksud ingin membinasakan mereka semua dengan cara menghabisi sang transporter yang akan mengantarkan ke danau “imipian”. Namun, setelah Sang Ketam menceritakan secara detil seluruh kejadian yang dialaminya bersama Sang Bangau, para penghuni danau menjadi maklum. Mereka bahkan mengucapkan terima kasih kepasa Sang Ketam karena telah diselamatkan dari ancaman maut Sang Bangau.
16.  SEMUT DAN BELALANG (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=356)
Pengarang: Anonim
Pada suatu siang di akhir musim gugur, sebuah keluarga semut yang telah bekerja keras mengumpulkan makanan sepanjang musim panas, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
“Apa!” teriak sang Semut dengan terkejut. “Tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?”
“Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan,” keluh sang Belalang. “Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu.”
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena menahan marah.
“Membuat lagu katamu ya?” kata sang Semut, “Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!”
Kemudian semut-semut pun membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Pengarang: Anonim
Dahulu kala, hiduplah seekor Ibu Babi dengan 3 orang anaknya. Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan pekerjaannya.Anak yang tengah sangat rakus, tidak mau bekerja dan kerjanya hanya makan. Anak bungsunya tidak seperti kakaknya, ia anak yang rajin bekerja. Suatu saat Ibu Babi berkata kepada anak-anaknya, “Karena kalian sudah dewasa, kalian harus hidup mandiri dan buatlah rumah masing-masing”. Si bungsu berpikir rumah seperti apa yang akan didirikannya.
Si sulung tanpa mau bersusah payah membuat rumahnya dari jerami. Si bungsu berkata, “Kalau rumah jerami nanti akan hancur bila ada angin atau hujan”. “Oh iya ya! Kalau begitu aku akan membuat rumah dari kayu saja, supaya kuat jika ada angin”, kata si tengah. Setelah selesai si bungsu kembali berkata, “kalau rumah kayu walau tahan angin tetapi akan hancur jika dipukul”. Si kakak menjadi marah, “Kau sendiri lambat membuat rumah dari batu batamu itu, jika hari telah sore serigala akan datang.” Si bungsu bertekad akan membuat rumah dari batu-bata yang kuat yang tidak goyah dengan angin atau serangan serigala. Malampun tiba, pada saat bulan purnama, si bungsu telah selesai. Esok harinya, si bungsu mengundang kedua kakaknya, lalu mereka pergi ke rumah ibu Babi. “Hebat anak-anakku, mulai sekarang kalian hidup dengan mengolah ladang sendiri”, ujar Ibu Babi. Kedua kakak si bungsu menggerutu. “Tidak ah, cape!,” gerutu mereka.
Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu mereka. Dalam perjalanan, tiba-tiba seekor serigala membuntuti mereka. “Aku akan memakan babi malas yang tinggal di rumah jerami itu”, kata serigala. Ketika sampai di depan pintu si sulung ia langsung menendang pintu. “Buka pintu!” teriaknya. Si sulung terkejut dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi serigala lebih cerdik. Ia langsung meniup rumah jerami itu sehingga menjadi hancur.
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah yang terbuat dari kayu. Walaupun pintu telah dikunci, serigala langsung mendobrak rumah kayu itu hingga hancur. Serigala mendekat ke arah kedua anak babi yang sedang berpelukan karena ketakutan. Keduanya langsung lari dengan sekuat tenaga menuju rumah si bungsu. “Cepat kunci pintunya!, nanti kita dimakan”, kata si sulung.
Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. “Tak usah khawatir, rumahku tidak akan goyah”, kata si bungsu sambil tertawa. Ketika serigal sampai, ia langsung menendang, mendobrak berkali-kali tetapi malah si serigala yang badannya kesakitan. Serigala akhirnya menyerah dan kemudian langsung pulang. Sejak saat itu, ketiga anak babi ini hidup bersama, dan sang serigala tidak pernah datang lagi.
Suatu hari, ketiga anak babi pergi ke bukit untuk memetik apel. Tiba-tiba Serigala itu muncul disana. Anak-anak babi langsung naik ke pohon menyelamatkan diri. Serigala yang tidak dapat memanjat pohon menunggu di bawah pohon tersebut. Si bungsu berpikir, lalu ia berteriak, “Serigala, kaupasti lapar. Apakah kau mau apel?”, si bungsu segera melempar sebuah apel. Serigala yang sudah kelaparan langsung mengejar apel yang menggelinding. “Sekarang ayo kita lari!”. Akhirnya mereka semua selamat.
Beberapa hari kemudian, si serigala datang ke rumah si bungsu dengan membawa tangga yang panjang. Serigala memanjat ke cerobong asap. Si bungsu yang melihat hal itu berteriak, “Cepat nyalakan api di tungku pemanas!”. Si sulung menyalakan api, si bungsu membawa kuali yang berisi air panas.
Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya kepanasan tak tertahankan. Malang bagi si serigala, ketika ia ingin melarikan diri, ia terpeleset dan jatuh tepat ke dalam air yang mendidih. “Waa!”, serigala cepat-cepat lari. Karena seluruh badannya luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang.
Sejak saat itu, ketiga anak-anak babi menjalani hidup dengan baik, dengan mengelola lading-ladang mereka. Si sulung dan si tengah sekarang menjadi rajin bekerja seperti si bungsu. Ibu babi merasa bahagia melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan damai.
Pengarang: Anonim
Pada dahulu kala hiduplah seekor kura-kura dan seekor burung elang. Walaupun sang kura-kura dan elang jarang bertemu karena sang kura-kura lebih banyak menghabiskan waktu disemak-semak sedangkan sang elang lebih banyak terbang, namun tidak menghalangi sang elang untuk selalu mengunjungi teman kecilnya yang baik hati, sang kura-kura.
Keluarga sang kura-kura sangat ramah dan selalu menyambut kedatangan sang elang dengan gembira. Mereka juga selalu memberi sang elang makanan dengan sangat royalnya. Sehingga sang elang selalu berkali-kali datang karena makanan gratis dari keluarga kura-kura tersebut. Setiap kali sehabis makan dari keluarga kura-kura sang elang selalu menertawakan sang kura-kura : “ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makanan yang selalu dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang terletak jauh diatas gunung”
Karena begitu seringnya sang elang menertawakan dan dengan egoisnya menghabiskan makanan sang kura-kura, maka seluruh hutan mulai menggunjingkan sikap sang elang tersebut. Para penghuni hutan tersebut merasa tidak suka dengan sikap seenaknya sang elang kepada sang kura-kura yang baik hati. Suatu hari seekor kodok memanggil kura-kura yang sedang berjalan dekat sungai. “Hai temanku sang kura-kura, berilah aku semangkok kacang polong, maka aku akan memberikan kata-kata bijak untukmu” seru sang kodok. Setelah menghabiskan semangkuk kacang polong dari sang kura-kura, sang kodok berkata lagi: “kura-kura, sahabatmu sang elang telah menyalahgunakan persahabatan dan kebaikan hatimu. Setiap kali sehabis bertamu di sarangmu, selalu saja dia mengejekmu dengan berkata ” ha ha betapa bodohnya si kura-kura, aku dapat merasakan kenikmatan dari makan yang selalu dia berikan, namun tidak mungkin dia dapat merasakan nikmatnya makananku karena sarangku yang terletak jauh diatas gunung”. Pada suatu hari nanti sang elang akan datang kembali dan akan meminta sekeranjang makanan darimu dan berjanji akan memberikan makanan kepadamu dan anak-anakmu”
Benarlah yang dikatakan oleh sang kodok, sang elang datang dengan membawa keranjang dan seperti biasanya sang elang menikmati makanan dari sang kura-kura. Sang elang berkata: “hai temanku kura-kura, ijinkan aku mengisi keranjangku dengan makanan darimu, maka akan kukirimkan kepada anak istriku dan istriku akan memberimu makanan buatannya untuk istri dan anakmu”. Kemudian sang elang terbang dan kembali menertawakan sang kura-kura. Maka segeralah sang kura-kura masuk kedalam keranjang tersebut dan ditutupi dengan sayuran buah-buahan oleh istrinya, sehingga tidak terlihat. Ketika sang elang kembali, istri sang kura-kura mengatakan bahwa suaminya baru saja pergi dan memberikan keranjang penuh berisi makanan kepada sang elang. Sang elang segera bergegas terbang sambil membawa keranjang tersebut.
Kembali dia menertawakan kebodohan sang kura-kura. Namun kali ini sang kura-kura mendengar sendiri perkataannya. Sampailah mereka di sarang sang elang, dan sang elang segera memakan isi keranjang tersebut sampai habis. Betapa terkejutnya melihat sang kura-kura keluar dari keranjang tersebut. “Hai temanku sang elang, engkau sudah sering mengunjungi sarangku namun belum pernah sekalipun aku mengunjungi sarangmu. Kelihatannya akan sangat berbahagianya aku kalau dapat menikmati makananmu seperti engkau menikmati makananku.” Betapa marahnya sang elang karena merasa tersindir. Dengan marah ia mematuk sang kura-kura.Namun berkat batok rumah sang kura-kura yang keras, kura-kura tidak dapat dipatuk oleh sang elang. Dengan sedihnya sang kura-kura berkata: “Aku telah melihat persahabatan macam apa yang engkau tawarkan padaku hai sang elang. Betapa kecewanya aku. Baiklah antarkan aku kembali ke sarangku dan persahabatan kita akan berakhir.” Sang elangpun berkata :”Baiklah kalau itu maumu. Aku akan membawamu pulang” Namun timbul pikiran jahat pada diri sang elang. “Aku akan menjatuhkanmu dan memakan sisa-sisa dirimu” pikirnya lagi.
Begitulah, sang kura-kura memegang kaki sang elang yang terbang tinggi. “lepaskan kakiku” seru sang elang marah. Dengan sabar sang kura-kura menjawab: “Aku akan melepaskan kakimu apabila engkau sudah mengantarkanku pulang ke sarangku” dengan kesal sang elang pun terbang tinggi, menungkik dan menggoyang-goyangkan kakinya dengan harapan sang kura-kura akan jatuh. Namun tidak ada gunanya. Akhirnya dia menurunkan sang kura-kura di sarangnya, dan segera terbang tinggi dengan perasaan malu.
Ketika sang elang terbang, sang kura-kura berseru : ” Hai temanku persahabatan membutuhkan rasa saling membagi satu dengan lainnya. Aku menghargaimu dan kaupun menghargaiku. Namun bagaimanapun, sejak engkau menjadikan persahabatan kita hanya permainan, mentertawakan keramahan keluargaku dan aku maka sebaiknya engkau tidak usah lagi datang kepadaku”.
Pengarang: Anonim
Dahulu kala, tidak ada sungai dan danau di bumi, hanya ada Laut Timur, yang ditinggali oleh empat naga: Naga Panjang, Naga Kuning, Naga Hitam dan Naga Mutiara.
Suatu hari empat naga terbang dari laut menuju ke langit. Mereka bermain-main di antara awan, melompat-lompat dan menyelam, juga bermain di petak umpet.
“Hey, kawan-kawan! Kemarilah cepat!” Naga Mutiara berteriak dengan tiba-tiba.
“Ada apa?” tanya tiga naga lainnya, melihat ke bawah ke arah mana Naga Mutiara menunjuk.
Di bumi mereka melihat banyak orang meletakkan buah-buahan dan kue, dan membakar dupa. Mereka sedang berdoa! Seorang wanita berambut putih, membawa anak yang kurus di punggungnya, berlutut di tanah sambil bergumam, “Duhai Langit, tolong kirimkan hujan secepatnya, kami membutuhkan beras untuk makan anak-anak kami.”
Saat itu sudah lama sekali tidak ada hujan. Tanaman layu, rumput berubah kuning dan tanah-tanah retak di bawah terik matahari.
“Kasihan sekali orang-orang ini!” kata Naga Kuning. “Dan mereka akan mati jika tidak hujan segera.”
Sang Naga Panjang mengangguk. Kemudian ia menyarankan, “Mari kita pergi dan memohon Kaisar Langit agar bersedia menurunkan hujan.”
Sang Naga Panjang lantas mendahului kawan-kawannya melesat, diikuti oleh yang lain dan terbang menuju Istana Surga. Sebagai yang harus bertanggung jawab atas semua urusan di surga, di bumi dan di laut, Kaisar Langit sangatlah kuat. Dia tak tampak senang melihat para naga bergegas masuk.
“Kenapa kalian datang ke sini bukannya tinggal di laut seperti yang diperintahkan padamu?”
Sang Naga Panjang melangkah maju dan berkata, “Tanaman di bumi banyak yang layu dan mati, Yang Mulia. Atas nama penduduk bumi, saya mohon Anda untuk mengirim hujan turun. Sekarang juga!”
“Baiklah. Kalian pergilah. Aku akan mengirimkan hujan besok.” Kaisar Langit pura-pura setuju sambil mendengarkan kembali lagu-lagu dari para peri.
Empat naga menjawab, “Terima kasih, Yang Mulia!”
Empat naga pergi dengan gembira. Tapi sepuluh hari berlalu, tak tampak setetes pun hujan turun. Orang-orang bahkan lebih menderita. Tak ada makanan yang tersisa lagi. Mereka makan apa pun yang ditemui, akar rumput, kulit kayu dan sebagainya.
Para Naga melihat semua ini, dan merasa sangat sedih. Mereka tahu Kaisar Langit hanya peduli tentang kesenangan, dan tidak pernah merasa kasihan pada orang-orang ini. Mereka merasa harus menolong orang-orang di bumi yang keadaannya semakin mengenaskan. Tapi bagaimana?
Melihat laut yang luas, Naga Panjang punya ide.
“Dengar, ada banyak air di laut di mana kita tinggal. Kita bisa memindahkan air itu ke awan-awan di langit. Lalu air akan menjadi seperti tetes hujan dan turun untuk menyelamatkan rakyat dan tanaman mereka,” kata Si Naga Panjang.
“Ide yang bagus!” kata yang lain.
“Tapi,” kata Si Naga Panjang, “Kita bisa dihukum jika Kaisar Langit tahu tentang hal ini.”
“Aku akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan orang-orang,” kata Naga Kuning tegas.
“Kalau begitu mari kita mulai,” kata Si Naga Panjang.
Si Naga Hitam dan Naga Mutiara tidak mau kalah dan segera bergabung. Mereka terbang ke laut, meraup air di mulut mereka, dan kemudian terbang kembali ke langit, di mana air dipindahkan ke awan. Empat naga terbang bolak-balik, menyebabkan langit gelap di sekitarnya. Tak lama air laut menjadi hujan lebat turun dari langit.
“Hujan! Hujan!! Kita selamat!” orang-orang menangis dan melompat dengan sukacita.
Di tanah, batang gandum dan batang sorgum kembali tegak. Rumput-rumput kembali hijau. Padi di sawah kembali berlimpah air.
Para dewa laut tahu akan peristiwa ini dan melaporkannya kepada Kaisar Langit.
“Beraninya empat naga membuat hujan tanpa izinku!” kata Kaisar Langit.
Kaisar Langit marah, dan memerintahkan para jenderal surgawi dan pasukan mereka untuk menangkap empat naga. Jauh kalah dalam jumlah, keempat naga tidak mampu melawan, dan mereka segera ditangkap dan dibawa kembali ke istana surgawi.
“Bawa dan tempatkan mereka di dalam masing empat gunung dan jangan biarkan mereka lolos!” Kaisar Langit memerintahkan Dewa Gunung.
Dewa Gunung menggunakan kekuatan sihir untuk menerbangkan empat gunung besar di bumi, dan menurunkannya di atas masing-masing naga. Namun para naga tidak pernah menyesali tindakan mereka. Bertekad untuk berbuat baik bagi orang-orang selamanya, mereka mengubah diri mereka menjadi empat sungai, yang mengalir melewati pegunungan tinggi dan lembah, melintasi tanah dari barat ke timur dan akhirnya bermuara ke laut. Sehingga terbentuklah empat sungai besar Cina – Heilongjian (Naga Hitam) di sebelah utara, Huanghe (Sungai Kuning) di pusat Cina, Changjiang (Yangtze, atau Sungai Panjang) jauh ke selatan, dan Zhujiang (Mutiara) jauh di selatan.
20. TIKUS KOTA DAN TIKUS DESA (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=272)
Pengarang: Aesop
Seekor tikus kota suatu saat mengunjungi kerabatnya yang tinggal di desa. Untuk makan siang, tikus desa menyajikan tangkai gandum, akar-akaran, dan biji-bijian, dengan sedikit air dingin untuk diminum. Tikus kota makan sangat hemat, menggigit ini sedikit dan itu sedikit, dari sikapnya terlihat jelas bahwa ia makan hanya untuk bersikap sopan.
Setelah makan tikus kota berbicara tentang hidupnya di kota sedangkan tikus desa mendengarkan. Mereka kemudian berisitrahat di sebuah sarang di pagar tanaman dan tidur dengan tenang dan nyaman sampai pagi. Dalam tidurnya tikus desa bermimpi dengan semua kemewahan dan kesenangan kehidupan kota yang diceritakan oleh tikus kota. Jadi keesokan harinya ketika tikus kota meminta tikus desa untuk mencoba hidup di kota, ia dengan senang hati mengiyakan.
Ketika mereka sampai di rumah di mana tikus kota tinggal, mereka menemukan di meja ruang makan, terhampar sisa-sisa dari pesta yang sangat mewah. Ada daging manis dan enak, kue kering, keju lezat, memang, makanan yang paling menggiurkan yang bisa dibayangkan seekor tikus. Tapi ketika tikus desa hendak menggigit sedikit remah kue, ia mendengar Kucing mengeong dengan keras dan mencakar di pintu. Dalam ketakutan yang sangat besar, kedua tikus bergegas lari ke tempat persembunyian, dimana mereka berbaring diam untuk waktu yang lama, dengan jantung berdebar kencang, hampir tidak berani bernapas. Ketika akhirnya mereka berani kembali ke meja, tiba-tiba pintu terbuka dan muncul pelayan untuk membersihkan meja, diikuti oleh Anjing penjaga rumah.
Sejurus kemudian, tikus desa mengambil tas dan payungnya, keluar dari sarang tikus kota dan berkata, “Kamu mungkin bisa makan enak dan lezat disini sementara saya tidak, tapi saya lebih suka makanan sederhana dan hidup aman tanpa ketakutan di desa.”
Moral dari kisah ini : Kemiskinan dengan keamanan yang lebih baik daripada kaya di tengah-tengah ketakutan dan ketidakpastian
21. BURUNG  HANTU & BELALANG  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=271)
Pengarang: Aesop
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari langit dan perlahan-lahan bayangan naik dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru “hoo-hoo-hoo-oo-oo” bergema melalui kayu yang rimbun dan ia mulai berburu serangga, kumbang, katak dan tikus sebagai makanan kesukaannya.
Saat ini ada seekor burung hantu tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore musim panas yang hangat saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua, belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung hantu tua menengok dari lubang pohon yang digunakan sebagai pintu dan jendela.
“Pergi dari sini, tuan,” katanya kepada belalang tersebut.
“Apakah Anda tidak memiliki sopan santun? Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang!
“??Tapi Belalang menjawab dengan kasar bahwa adalah juga haknya di tempat ini saat matahari bersinar sama di pohon tua. Lalu ia meneriakkan suara lebih keras dan lagu berisik yang menjadi-jadi.??Burung hantu tua yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang. Akhirnya dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepadanya.
“Tuan yang baik hati,” katanya, “jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda. Tapi saat ini saya memiliki anggur lezat di sini, kiriman dari Olympus, saya kira merupakan minuman Apollo sebelum ia menyanyi untuk para dewa tinggi. Silahkan datang dan rasakan minuman lezat ini dengan saya. Saya tahu itu akan membuat Anda bernyanyi seperti Apollo . “
Belalang bodoh itu terhanyut oleh kata-kata sanjungan burung hantu. Akhirnya dia melompat ke sarang burung hantu, begitu belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, ia menerkam dan memakannya.??
Makna dari kisah ini : Pujian terkadang bukanlah bukti kagum yang sesungguhnya. Jangan biarkan pujian melambungkan Anda sehingga lengah melawan musuh.
Pengarang: Aesop
Pada suatu hari, tampak sepasang burung pipit membuat sarang di sebuah ladang gandum muda. Berhari-hari berlalu, batang-batang gandum tumbuh tinggi dan anak-anak burung juga tumbuh. Suatu hari, ketika gandum matang berwarna emas melambai ditiup angin, petani dan putranya datang ke ladang.
“Gandum ini sekarang siap untuk dipanen,” kata petani. “Kita harus memanggil tetangga dan teman-teman untuk membantu kita panen.” ??
Pipit muda yang bersembunyi di sarang mereka sangat ketakutan, mereka tahu jika mereka tidak segera meninggalkan sarang sebelum mesin pemanen datang akan berbahaya. Ketika induknya kembali dengan membawa makanan, mereka mengatakan apa yang telah mereka dengar.
“Jangan takut, anak-anak,” kata induknya. “Jika Petani berkata bahwa ia akan memanggil tetangga dan teman-temannya untuk membantunya melakukan pekerjaan, untuk sementara waktu belum dipanen.”
Beberapa hari kemudian, gandum begitu matang, ketika angin mengguncang batang, hujan datang gemerisik butir gandum jatuh di atas kepala pipit muda ‘.
“Jika gandum ini tidak dipanen kali ini,” kata petani, “kita akan kehilangan separuh hasil panen. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi bantuan dari teman-teman. Besok kita harus mulai bekerja sendiri.”
Ketika pipit muda menceritakan kepada ibu mereka apa yang mereka telah dengarkan hari ini, ia berkata: “Kita harus pergi secepatnya. Ketika seorang pria memutuskan untuk melakukan pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, maka kita bisa yakin tidak akan ada penundaan lagi.”
Mereka segera belajar terbang sore itu juga, dan tepat waktu matahari terbit keesokan harinya, ketika Petani dan putranya memanen gandum, mereka menemukan sebuah sarang kosong. ??
Moral dari kisah ini : Berusaha sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, adalah bantuan yang terbaik.
 
Pengarang: Charles Perrault
Suatu hari hidup seorang petani miskin yang memiliki tiga putra. Ketika dia wafat, dia tidak punya banyak warisan untuk dibagikan. Putra sulung mendapat penggilingan padi. Putra kedua mendapat keledai, tapi putra ketiga hanya mendapat seekor kucing dan tiga keping uang.
Apa yang bisa kulakukan dengan seekor kucing dan tiga keping uang? pikir pemuda itu.
“Majikanku, berhentilah berpikir, carikan pakaian indah dan sepasang bot untukku,” kata si kucing. Pemuda itu melihat kucingnya sangat cerdik dan membelikan apa yang dimintanya. Setelah berpakaian, si kucing mengambil karung besar dan menangkap kelinci yang gemuk.
Kucing Bersepatu Bot mendatangi raja negeri itu. “Ini hadiah dari majikanku, Marquis de Carabas!” katanya. Sang raja yang senang makan sangat gembira. Kucing itu datang setiap hari sambil membawakan kelinci, ayam hutan, atau kalkun! “Majikanmu baik sekali! Aku ingin bertemu dengannya,” kata sang raja suatu hari.
Suatu pagi, ketika kereta Raja lewat dekat sungai, si kucing memanggil majikannya dan menyuruhnya membuka pakaian lalu masuk ke sungai. “Tolong! Marquis de Carabas tenggelam!” teriak si kucing. Sang raja menyuruh pengawalnya menolong pemuda itu.
Si kucing menjelaskan pada Raja bahwa perampok mencuri pakaian majikannya, sementara itu si pemuda memperkenalkan diri pada Putri Raja. “Putri, jangan salah sangka, saya tidak biasa memperkenalkan diri tanpa pakaian begini.”
“Mari ikut jalan-jalan, Marquis,” kata Raja. Saat itu, si kucing, yang melihat semua berjalan dengan sesuai keinginannya, lari mendahului rombongan untuk menemui rakyat yang sedang bekerja di ladang mereka. “Orang-orang baik,” teriaknya, “Raja akan lewat jalan ini. Bila kalian ditanya, katakan semua ini wilayah ini milik Marquis de Carabas, kalau tidak aku akan menyuruh kalian dihukum!”
Kucing itu terus berlari dan mengulangi perintahnya kepada semua orang yang ditemuinya. Tiba-tiba, di atas sebuah bukit, dia menemukan istana yang indah sekali. Dua petani yang ditemuinya menjelaskan bahwa di istana itu tinggal raksasa yang sangat jahat. “Mulai sekarang,” kata si kucing, “bila ditanya, kalian harus berkata istana ini milik Marquis de Carabas!” Sementara itu akan kuurus si raksasa, pikir Kucing Bersepatu Bot.
Kucing Bersepatu Bot mengetuk pintu. Seorang pelayan mengantarnya menemui si raksasa. Raksasa itu benar-benar besar dan gemuk. “Yang mulia, saya merasa sangat terhormat bisa bertemu raksasa sangat terkenal seperti Anda!” kata si kucing sambil membungkuk hormat. Si raksasa yang tersanjung karena pujian itu menyimak kata-katanya.
“Orang-orang berkata,” kata si kucing, “Anda ini penyihir!”
“Memang benar, aku bisa berubah jadi apapun yang kuinginkan!” dengan raungan yang bisa menggetarkan dinding, raksasa itu berubah menjadi singa! “Ini….ini hebat sekali!” kata si kucing, menyembunyikan rasa takutnya.
“Mereka juga bilang Anda bisa berubah jadi binatang yang kecil! Tikus, misalnya,” kata si kucing. “Tapi sepertinya itu tidak mungkin!”
“Tidak mungkin?” teriak si raksasa. “Lihat baik-baik!” Sesaat kemudian dia berubah menjadi tikus. Si kucing langsung melompat dari duduknya, menangkap tikus itu, lalu menelannya.
Selama berjalan-jalan, tiba-tiba Raja melihat istana yang sangat indah. “Berhenti, kusir!” Aku ingin menanyai dua petani itu. Tuan-tuan, siapa yang memiliki istana di bukit itu?”
“Marquis de Carabas,” jawab para petani itu. “Marquis, istana Anda indah sekali!” kata Raja kagum.
“Aku ingin mengunjunginya!” Lalu Raja menyuruh kusirnya mengarahkan kereta ke istana tersebut.
Sang marquis menggandeng tangan sang putri dan menuntunnya ke aula besar. Di istana, berpiring-piring makanan enak dan tertata indah memenuhi meja. “Yang Mulia, silakan duduk,” kata si kucing.
Sang Raja makan enak, Marquis dan Putri Raja mengobrol akrab. Mereka saling jatuh cinta. Raja melihat hal ini dan berkata, “Marquis, kepadamulah kuberikan putriku. Menikahlah besok, kalian mendapat restuku!”
“Nah, kau bisa membalasku dengan mencarikan kucing betina yang bulunya sama merahnya denganku,” kata si kucing. “Kau sudah memiliki kekayaan dan kebahagiaan! Saat ini aku sudah menjadi tuan besar dan tidak perlu lagi mengejar-ngejar tikus!”
Pengarang: Anonim
Pada suatu masa hiduplah seorang petani yang baik hati. Ia selalu membantu orang lain. Pada suatu hari yang dingin petani itu menemukan seekor ular yang sedang tergeletak di tanah ,
Ular berkata “Saya sangat merasa lapar dan menggigil kedinginan .Jika kamu memberiku sesuatu untuk di makan saya akan berterimakasih”
Kemudian petani yang baik hati itu memberi ular yang lemah itu semangkok susu,Kemudian petani itu mengambil ular tersebut dan memasukannya ke dalam mantel untuk menghangatkannya,ular yang sebelumnya merasa lemah ,kini kini merasa lebih kuat dan hangat.
Ular benar-benar telah pulih kembali kesehatannya setelah petani tadi memberinya susu dan menghangatkannya, Bukannya berterimakasih, malah ular itu bermaksud menggigit petani, ketika ular menggigit petani, petani berteriak kesakitan,
“Oh, betapa bodohnya aku telah memberi pertolongan dan perlindungan kepada ular yang mematikan itu, Sekarang saya harus membayar semua ini dengan Nyawaku”
HIKMAH: Jangan Membantu Orang Yang Jahat
25. KAMAL DAN KUNANG – KUNANG (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=257)
Pengarang: Anonim
Pada malam musim panas, Kamal dan keluarganya biasa menyantap makanan malam mereka di taman. Suatu malam di musim panas, ketika mereka bangkit dari meja, Kamal melihat seberkas cahaya timbul tenggelam di antara pepohonan di sisi taman. Ia pergi mendatangi pohon-pohon itu untuk melihat apa yang terjadi. Dilihatnya seekor serangga terbang melintas dengan cepat. Serangga itu sangat berbeda dengan yang biasa dilihatnya di siang hari. Serangga kali ini memancarkan sinarnya ketika terbang.
Serangga itu berhenti terbang untuk beberapa saat, dan mendatangi Kamal. “Halo, “ katanya. “Kamu kelihatan terkejut. Kamu sudah memperhatikan aku cukup lama. Namaku Kunang-Kunang. Namamu siapa?”
“Namaku Kamal. Kamu benar, aku belum pernah melihat serangga yang bekerdipan dengan sinar seperti kamu. Sinar hijau kekuningan memancar dari tubuhmu. Aku teringat ketika aku menyentuh sebuah bola lampu, tanganku terbakar. Apakah cahaya yang keluar dari tubuhmu itu tidak melukaimu?”
Kunang-kunang itu mengangguk. “Kamu benar, Kamal, waktu kamu katakan bahwa lampu menjadi sangat panas ketika memancarkan cahaya. Bola lampu menggunakan tenaga listrik untuk menghasilkan cahaya, sebagian tenaga listrik itu berubah menjadi panas. Itulah yang menyebabkan lampu menjadi panas. Tetapi, kami tidak mengambil energi luar untuk cahaya yang dipancarkan oleh tubuh kami.”
Kamal pikir ia mengerti. “Jadi, itu berarti kamu tidak menjadi panas?” ia bertanya.
“Itu betul,” kunang-kunang setuju. “Kami menghasilkan sendiri energi kami, dan kami gunakan energi ini dengan sangat hati-hati. Itu berarti, tak sedikitpun energi terbuang, dan energi itu tidak menghasilkan panas yang bakal melukai tubuh kami.”
Kamal menimbang sejenak, “Wah, itu betul-betul sistem yang dipikirkan dengan cerdik.”
“Ya, memang,” temannya setuju. “Ketika Allah menciptakan kami, Ia merencanakan segala sesuatu yang kami perlukan dalam kemungkinan cara yang terbaik. Ketika kami terbang, kami mengepakkan sayap sangat cepat. Tentu saja, itu adalah pekerjaan yang membutuhkan banyak energi. Namun karena cahaya kami tidak banyak menggunakan energi, kami tidak punya masalah dengan itu.”
Kamal punya hal lain yang ingin ditanyakannya. “Untuk apa cahaya yang kalian pancarkan?”
Temannya menjelaskan: “Kami menggunakannya untuk menyampaikan pesan di antara kami, juga untuk melindungi diri kami sendiri. Ketika kami ingin mengatakan sesuatu satu sama lain, kami berbicara dengan mengedip-ngedipkan cahaya kami. Pada saat yang lain, kami memanfaatkannya untuk menakut-nakuti musuh kami, dan mengusir mereka dari kami.”
Kamal sangat terkesan dengan apa yang telah dikatakan temannya pada dirinya. “Jadi, apapun yang kamu perlukan ada di dalam tubuhmu, sehingga kamu tidak perlu berlelah-lelah!”
“Itu benar,” kunang-kunang setuju. “Bertentangan dengan semua upaya terbaik mereka, para cendekiawan belum berhasil mengembangkan sebuah sistem yang persis seperti kami miliki. Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, Allah menciptakan kami dengan cara yang paling indah, dan dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan kami, persis seperti semua makhluk hidup lainnya.”
Kamal tersenyum. “Terimakasih. Apa yang sudah kamu ceritakan padaku sungguh menarik. Aku sekarang menyadari apa makna ayat yang kubaca kemarin, “Maka, apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa)? Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?’ (Surat an-Nahl: 17). Ketika kamu pikirkan diri sendiri, juga semua makhluk hidup yang telah diciptakan Allah, ada banyak sekali contoh untuk diambil hikmahnya!!”
“Ya, Kamal, setiap makhluk hidup adalah bukti keutamaan seni penciptaan Allah. Kini, kapanpun kaulihat sesuatu, kamu akan mampu memperhatikannya. Sekarang, aku harus pergi. Tapi, jangan lupa dengan apa yang pernah kita obrolkan!”
Kamal melambaikan tangan kepada temannya. “Senang sekali bertemu denganmu. Mudah-mudahan aku bisa melihatmu lagi …”
Dalam perjalanan pulang, merenungkan rancangan kunang-kunang yang begitu menakjubkan, Kamal ingin segera memberitahu keluarganya tentang percakapannya dengan teman kecilnya.
Ialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepadaNya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Surat Al Hasyr: 24).
Laut Merah terletak di antara dua gurun pasir. Tak ada sungai ataupun air segar yang mengalir. Dengan kata lain, tidak ada pertukaran oksigen atau nitrogen. Normalnya, laut seperti ini akan menjadi gurun tandus seperti daratan yang mengelilinginya. Namun, di Laut Merah terdapat beranekaragam koral. Koral-koral yang mampu hidup di tempat ini, kendati berada dalam kondisi-kondisi sulit, dapat melakukan hal tersebut karena simbiosis (yaitu, cara hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya) yang mereka bangun dengan makhluk-makhluk lain yang menyerupai tanaman, disebut alga (algae). Alga menyembunyikan diri dari musuh-musuhnya di dalam karang-karang koral, dan menggunakan sinar matahari untuk berfotosintesis. Gaya hidup yang harmonis dari kedua makhluk ini merupakan bukti lain dari keajaiban penciptaan Allah.
26. TIGA BABI KECIL DAN SERIGALA  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=251)
Pengarang: Charles Perrault
Dahulu kala, hiduplah seekor Ibu Babi dengan 3 orang anaknya. Anak yang sulung sangat malas dan mengabaikan pekerjaannya. Anak yang tengah sangat rakus, tidak mau bekerja dan kerjanya hanya makan. Anak bungsunya tidak seperti kakaknya, ia anak yang rajin bekerja. Suatu saat Ibu Babi berkata kepada anak- anaknya, “Karena kalian sudah dewasa, kalian harus hidup mandiri dan buatlah rumah masing-masing”. Si bungsu berpikir rumah seperti apa yang akan didirikannya. Si sulung tanpa mau bersusah payah membuat rumahnya dari jerami.
Si bungsu berkata, “Kalau rumah jerami nanti akan hancur bila ada angin atau hujan”.
“Oh iya ya! Kalau begitu aku akan membuat rumah dari kayu saja, supaya kuat jika ada angin”, kata si tengah.
Setelah selesai si bungsu kembali berkata, “kalau Rumah kayu walau tahan angin tetapi akan hancur jika dipukul”.
Sikakak menjadi marah, “Kau sendiri lambat membuat rumah dari batu batamu itu, jika hari telah sore serigala akan datang.”
Si bungsu bertekad akan membuat rumah dari batu-bata yang kuat yang tidak goyah dengan angin atau serangan serigala. Malampun tiba, pada saat bulan purnama, si bungsu telah selesai. Esok harinya, si bungsu mengundang kedua kakaknya, lalu mereka pergi ke rumah ibu Babi.
“Hebat anak-anakku, mulai sekarang kalian hidup dengan mengolah ladang sendiri”, ujar Ibu Babi.
Kedua kakak si bungsu menggerutu. “Tidak ah, cape!,” gerutu mereka.
Menjelang senja telah tiba, mereka pamit kepada Ibu mereka. Dalam perjalanan, tiba-tiba seekor serigala membuntuti mereka.
“Aku akan memakan babi malas yang tinggal di rumah jerami itu”, kata serigala.
Ketika sampai di depan pintu si sulung ia langsung menendang pintu. “Buka pintu!” teriaknya.
Si sulung terkejut dan cepat-cepat mengunci pintu. Tetapi serigala lebih cerdik. Ia langsung meniup rumah jerami itu sehingga menjadi hancur.
Si sulung lari ketakutan ke rumah adiknya si Tengah yang terbuat dari kayu. Walaupun pintu telah dikunci, serigala langsung mendobrak rumah kayu itu hingga hancur. Serigala mendekat ke arah kedua anak babi yang sedang berpelukan karena ketakutan. Keduanya langsung lari dengan sekuat tenaga menuju rumah si bungsu.
“Cepat kunci pintunya!, nanti kita dimakan”, kata si sulung.
Si bungsu dengan tenang mengunci pintu. “Tak usah khawatir, rumahku tidak akan goyah”, kata si bungsu sambil tertawa.
Ketika serigala sampai, ia langsung menendang, mendobrak berkali-kali tetapi malah si serigala yang badannya kesakitan. Serigala akhirnya menyerah dan kemudian langsung pulang. Sejak saat itu, ketiga anak babi ini hidup bersama, dan sang serigala tidak pernah datang lagi. Suatu hari, ketiga anak babi pergi ke bukit untuk memetik apel. Tiba-tiba Serigala itu muncul disana. Anak-anak babi langsung naik ke pohon menyelamatkan diri. Serigala yang tidak dapat memanjat pohon menunggu di bawah pohon tersebut. Si bungsu berpikir, lalu ia berteriak, “Serigala, kaupasti lapar. Apakah kau mau apel?”, si bungsu segera melempar sebuah apel. Serigala yang sudah kelaparan langsung mengejar apel yang menggelinding. “Sekarang ayo kita lari!”. Akhirnya mereka semua selamat.
Beberapa hari kemudian, si serigala datang ke rumah si bungsu dengan membawa tangga yang panjang. Serigala memanjat ke cerobong asap. Si bungsu yang melihat hal itu berteriak, “Cepat nyalakan api di tungku pemanas!”. Si sulung menyalakan api, si bungsu membawa kuali yang berisi air panas. Serigala yang ada di cerobong asap, pantatnya kepanasan tak tertahankan.
Malang bagi si serigala, ketika ia ingin melarikan diri, ia terpeleset dan jatuh tepat ke dalam air yang mendidih. “Waa!”, serigala cepat-cepat lari. Karena seluruh badannya luka, maka ia menjadi serigala yang telanjang. Sejak saat itu, ketiga anak-anak babi menjalani hidup dengan baik, dengan mengelola ladang-ladang mereka. Si sulung dan si tengah sekarang menjadi rajin bekerja seperti si bungsu. Ibu babi merasa bahagia melihat anak-anaknya hidup dengan rukun dan damai.
Pengarang: Aesop
Seekor keledai dituntun oleh pemiliknya melewati sebuah jalan yang sempit di pinggiran jurang. Sang Keledai tiba-tiba memutuskan untuk tidak memperdulikan tuntunan dari pemiliknya dan mencoba untuk memilih jalan yang diinginkannya. Dia bisa melihat jalan yang ada di bawah jurang, dan berpikir bahwa jalan yang tercepat untuk mencapai jalan di bawah jurang adalah dengan cara menuruni jurang tersebut. Saat dia ingin meloncat ke dalam jurang, pemiliknya dengan cepat menangkap ekornya dan menahan serta menarik mundur keledai tersebut agar tidak melompat ke dalam jurang, tetapi sang Keledai yang keras kepala dan bodoh terus meronta-ronta sekuat tenaga.
Karena pemiliknya tidak kuat lagi untuk menahan keledai yang meronta-ronta ingin melompat ke jurang, pemiliknya lalu berkata “Baiklah, pergilah ke arah yang kamu mau, binatang bodoh, dan nanti kita lihat apa yang terjadi.”
Saat pemiliknya melepaskan ekornya, sang Keledai melompat ke dalam jurang dan akhirnya meluncur sepanjang jurang yang terjal dengan kaki di atas dan kepala di bawah, terbentur sepanjang dinding jurang yang curam.
HIKMAH: Mereka yang tidak mau mendengarkan nasehat yang baik dari orang yang lebih bijaksana, akan mengalami nasib yang buruk.
Pengarang: Aesop
Pada suatu hari, tampak sepasang burung pipit membuat sarang di sebuah ladang gandum muda. Berhari-hari berlalu, batang-batang gandum tumbuh tinggi dan anak-anak burung juga tumbuh. Suatu hari, ketika gandum matang berwarna emas melambai ditiup angin, petani dan putranya datang ke ladang.
“Gandum ini sekarang siap untuk dipanen,” kata petani. “Kita harus memanggil tetangga dan teman-teman untuk membantu kita panen.”
Pipit muda yang bersembunyi di sarang mereka sangat ketakutan, mereka tahu jika mereka tidak segera meninggalkan sarang sebelum mesin pemanen datang akan berbahaya. Ketika induknya kembali dengan membawa makanan, mereka mengatakan apa yang telah mereka dengar.
“Jangan takut, anak-anak,” kata induknya. “Jika Petani berkata bahwa ia akan memanggil tetangga dan teman-temannya untuk membantunya melakukan pekerjaan, untuk sementara waktu belum dipanen.”
Beberapa hari kemudian, gandum begitu matang, ketika angin mengguncang batang, hujan datang gemerisik butir gandum jatuh di atas kepala pipit muda ‘.
“Jika gandum ini tidak dipanen kali ini,” kata petani, “kita akan kehilangan separuh hasil panen. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi bantuan dari teman-teman. Besok kita harus mulai bekerja sendiri.”
Ketika pipit muda menceritakan kepada ibu mereka apa yang mereka telah dengarkan hari ini, ia berkata: “Kita harus pergi secepatnya. Ketika seorang pria memutuskan untuk melakukan pekerjaan sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, maka kita bisa yakin tidak akan ada penundaan lagi.”
Mereka segera belajar terbang sore itu juga, dan tepat waktu matahari terbit keesokan harinya, ketika Petani dan putranya memanen gandum, mereka menemukan sebuah sarang kosong.
HIKMAH : Berusaha sendiri, tidak tergantung kepada orang lain, adalah bantuan yang terbaik.
29. SI KANCIL, PETANI & BUAYA (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=245)
Pengarang: Anonim
Si kancil yang licik dan cerdik adalah tokoh favorit di blog dongeng anak indonesia ini. Sebagai tokoh dongeng anak yang sering membuat petani sangat marah ketika si kancil mencuri ketimun, juga membuat sang buaya lemah tidak berdaya ketika di tipu oleh kelicikan si kancil. Nah Kali ini si kancil akan mendapatkan pelajaran dari apa yang telah ia lakukan sebelumnya.
Suatu pagi, pak petani sedang menanam biji ketimun di belakang rumahnya. Lalu datanglah si kancil menemui pak petani tersebut. “Selamat pagi, pak?”, kata si kancil. Mendengar kancil datang, spontan saja si petani marah dan mengusir si kancil. “Apa yang ingin kau lakukan diladang milikku?” tanya si petani kepada si kancil. “Oh, maaf pak petani kalau aku mengagetkan, kedatangan ku kemari adalah ingin melihat bagaimana cara menanam biji ketimun, pak”, kata si kancil.
“Tidak perlu kau lihat cara menanam biji ketimun ini, sebab nanti pasti kau curi ketimun yang sudah masak” kata petani kepada si kancil. “Ah, masak tidak percaya pak, kedatangan ku kemari untuk belajar bercocok tanam, sebab aku sudah jera mencuri ketimun milik bapak”.
Walaupun si kancil berusaha membuat petani percaya bahwa dirinya tidak akan mencuri lagi, dan ia ingin sekali bertanam ketimun namun akibat ulah kancil yang suka mencuri ketimun, akhirnya kancil tidak mendapatkan ilmu dari petani itu bagaimana bercocok tanam ketimun.
Kemudian si kancil pergi menuju sungai dan bertemu dengan buaya. Buaya juga termasuk korban sikancil yang sering di perdaya oleh kelihaian dan kelicikan tipu daya si kancil. Melihat kancil mendekat, buaya langsung menghardik si kancil. “Hai kancil, ada apa gerangan kau datang ke rumah ku?” Tanya si buaya. Kancil melihat buaya sedang santai dengan memakai baju berbahan wool yang sangat bagus menjadi sangat tertarik untuk belajar membuat baju dari wool yang dipakai oleh buaya.
Buaya tetap tidak percaya perkataan si kancil, dan si kancil berlalu menjauhi buaya. Dengan penuh penyesalan akhirnya si kancil mencoba merenung dan berfikir apa yang terjadi. Ternyata si kancil faham bahwa perbuatan buruknya membawa keburukan juga bagi dia. Barang siapa yang menabur kebaikan pasti akan menuai kebaikan dan barang siapa yang berbuat jahat pasti orang lain akan berbuat jahat kepada kita.
Akhirnya keesokan harinya si kancil belajar menanam biji ketimun sendiri hingga pada akhirnya bisa panen dan membawa hasil panennya kepada si petani. Pak petani sangat kaget menerima ketimun yang sudah masak dan sangat senang kepada si Kancil. Begitu pula si kancil mencoba membuat baju serta topi dari bahan wool untuk diberikan kepada si buaya. Dan akhirnya buaya serta pak tani menjadi sangat menyenangi si kancil yang sudah berubah untuk tidak nakal dan mencuri lagi.
HIKMAH: janganlah berbuat kejahatan jika kita tidak ingin orang lain jahat kepada kita. Apa yang kita tanam pasti akan kita tuai pada suatu saat, dan pastikan kita menanam kebaikan kepada orang lain sehingga orang lain mau berbaik sangka kepada kita.
30. BURUNG HANTU & BELALANG (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=244
Pengarang: Aesop
Burung hantu selalu tidur di siang hari. Setelah matahari terbenam, ketika cahaya merah memudar dari langit dan perlahan-lahan bayangan naik dia menggeliat dan berkedip dari lubang pohon tua. Sekarang dia berseru “hoo-hoo-hoo-oo-oo” bergema melalui kayu yang rimbun dan ia mulai berburu serangga, kumbang, katak dan tikus sebagai makanan kesukaannya.
Saat ini ada seekor burung hantu tua yang galak, terutama jika ada yang mengganggu saat ia tidur. Suatu sore musim panas yang hangat saat ia tertidur jauh di dalam lubang pohon tua, belalang di dekatnya mulai menyanyikan lagu gembira namun sangat menyesakkan telinga. Burung hantu tua menengok dari lubang pohon yang digunakan sebagai pintu dan jendela.
“Pergi dari sini, tuan,” katanya kepada belalang tersebut.
“Apakah Anda tidak memiliki sopan santun? Anda setidaknya harus menghormati usia saya dan membiarkan saya tidur dengan tenang!
“Tapi Belalang menjawab dengan kasar bahwa adalah juga haknya di tempat ini saat matahari bersinar sama di pohon tua. Lalu ia meneriakkan suara lebih keras dan lagu berisik yang menjadi-jadi.??Burung hantu tua yang bijak tahu benar bahwa tak ada gunanya berdebat dengan Belalang keras kepala ini. Selain itu, matanya semakin rabun untuk memungkinkan dirinya menghukum Belalang. Akhirnya dia melupakan semua kata keras dan kembali berbicara dengan sangat ramah kepadanya.
“Tuan yang baik hati,” katanya, “jika saya harus tetap terjaga, saya akan datang untuk menikmati nyanyian Anda. Tapi saat ini saya memiliki anggur lezat di sini, kiriman dari Olympus, saya kira merupakan minuman Apollo sebelum ia menyanyi untuk para dewa tinggi. Silahkan datang dan rasakan minuman lezat ini dengan saya. Saya tahu itu akan membuat Anda bernyanyi seperti Apollo . “
Belalang bodoh itu terhanyut oleh kata-kata sanjungan burung hantu. Akhirnya dia melompat ke sarang burung hantu, begitu belalang cukup dekat dalam jangkauan penglihatan, ia menerkam dan memakannya.??
HIKMAH : Pujian terkadang bukanlah bukti kagum yang sesungguhnya. Jangan biarkan pujian melambungkan Anda sehingga lengah melawan musuh.
31.  RUBAH DAN BURUNG GAGAK  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=240)
Pengarang: Aesop
Seekor rubah melihat seekor burung gagak terbang dengan membawa sepotong keju di paruhnya dan hinggap di atas sebuah pohon.
“Itu untukku, guman si Rubah,” dan diapun berjalan mendekati batang pohon itu.
“Selamat siang Gagak yang cantik, si Rubah memuji.” Betapa cantiknya kamu hari ini, Betapa mengkilapnya bulumu, Sungguh sangat indah sinar matamu, Saya yakin suaramu lebih indah dari burung burung yang lain. Ijinkan saya mendengarkan satu lagu darimu, dan saya akan menyapa kamu dengan sebutan si Ratu Burung.”
Burung gagak itupun mulai mengangkat kepalanya dan mencoba bernyanyi sebaik mungkin tetapi ketika dia membuka mulutnya, keju yang ada dimulutnya jatuh ke tanah, dengan seketika si Rubah menangkap keju yang jatuh tersebut.
“Haha, Itulah yang akan saya lakukan, itulah yang saya inginkan, sebagai pertukaran dengan kejumu, Saya akan memberimu nasehat, untuk dimasa yang akan datang, bahwa jangan langsung percaya kepada orang yang memberimu pujian.
Pengarang: Anonim
Pada zaman dahulu kala nenek moyang kucing dan beruang adalah dua sahabat karib yang selalu berbagi, kemana-mana mereka selalu bersama sampai pada suatu ketika beruang mengutarakan maksudnya untuk belajar memanjat kepada kucing
kucingpun menyanggupi permintaan beruang dan mencari pohon tinggi untuk beruang. wang ini loh pohon yang cocok untuk kamu belajar memanjat “kata kucing”. sembarang aja cing, yang penting aku bisa memanjat “kata beruang”.
lalu kucingpun memberi contoh kepada beruang cara memanjat pohon tersebut, yang penting kuku-kukumu kuat mencengkeram batang pohon ini kau akan bisa memanjat pohon ini wang “kata kucing”.
cukup teorinya cing sekarang kamu turun biar aku yang memanjat’ kata beruang”. kucingpun segera turun.
beruangpun segera memanjat pohon dan ternyata dengan gampangnya ia dapat mencapai puncak pohon tersebut. tetapi sesampai diatas ia bingung untuk turun dan berkata “cing gimana cara turunnya “kata beruang”.
belum sempat berkata apa-apa tiba-tiba terlihat sosok serigala yang siap memangsa kucing dari balik rimbunan semak belukar, kucingpun segera berlari meninggalkan beruang yang kebingungan.
merasa dikerjai kucing beruang pun marah dan berkata ” awas kamu cing, ngak ku maafkan, kamu akan kukoyak-koyak dan kotoranmu pun bahkan akan kumakan cing. dan beruang pun turun dengan menjatuh kan dirinya sambil tetap memeluk pohon.
oleh sebab itu sampai dengan sekarang bila kucing buang kotoran di tanah akan membuat lubang dan menutupnya kembali, agar tak dimakan beruang.
sedangkan beruang bisa memanjat pohon tetapi ketika turun ia akan memerosotkan badannya ke bawah.
Pengarang: Anonim
Tigor adalah seekor singa jantan yang malas. Ia tidak pernah membersihkan tubuhnya. Kakinya dibiarkan penuh lumpur. Surainya yang panjang dan tebal selalu kusut.
Sekor burung pipit tertarik untukmembuat sarang di situ. Ia menaruh jerami kering di surai Tigor dan menyusunnyamenjadi sarang yang nyaman.
Tigor tidak merasa terganggu dengan kesibukansi Burung Pipit. Si Burung Pipit pun kemudian bertelur dan mengeram. Tak lama kemudian muncullah anak-anak pipit yang lucu.
Setiap merasa lapar, anak-anak pipititu mencicit-cicit. Tetapi, Tigor tak merasa terganggu. Ia membiarkannya saja. Iatidak berusaha melemparkan mereka dari surainya, seperti saran teman-temannya. Sebaliknya, ke mana pun pergi, ia membawa sarang itu. la menyayangi burung-burung kecil itu. Setiap kali bersua dengan hewan lainnya, ia menegakkan kepalanya seolah memamerkan anak-anak pipit itu.
Pada suatu hari, Tigorberjalan-jalan. Di tengah jalan, ia bertemu dengan seekor singa betina yang cantik. Tigor langsung tertarik dan ingin mengundang singa betina itu makan bersamanya.
Singa betina itu menatap Tigor.
“Tidak. Aku tak sudi pergi bersamamu. Kau kotor, menjijikkan,” ujarnya mencemooh. Ia lalu bergegas meninggalkan Tigor.
Tigor tersinggung mendengar hinaannya. Hatinya terluka. Ia lalu menemui ibunya untuk meminta nasihat.
“Ibu ….” panggil Tigor.
Ibu Tigor mengawasi anaknya yangamat kotor. Matanya membelalak, ketika ia melihat sebuah sarang pada surai anaknya. “Kau benar-benar malas, Tigor! Kenapa tak kaurawat badanmu hingga kotor begini!” tanya ibu Tigor dengan galak.
Tigor diam saja.
Ibunya langsung bertindak. Ia mengambil sarang dari surai Tigor. “Tempatnya bukan di sini. Tapi di sana!” katanya sambil memindahkan sarang itu ke atas pohon. Lalu, ibu Tigor memandikan anaknya, menggosok badannya dan menyikat surainya. Dua jam lamanya Tigor tersiksa dengan perlakuan ibunya. Tetapi, ia diam saja. Ia ingin tampan dan menarik.
Kini, Tigor sudah rapi dan bersih. Badannya mengkilap. Surainya megar dan menawan.
“Terima kasih, Ibu!” ujarTigor sambil mengagumi ketampanannya. “Aku berjanji akan rajin merawat diri!”
Ibunya tersenyum senang.
Mulai saat itu, Tigor rajin bersolek. Penampilannya rapi dan tampan.
Suatu siang, ia bertemu lagi dengan SingaBetina yang cantik yang pernah disapanya.
“Selamat siang!” sapa Tigor sopan.
Singa betina itu memandangnya dan tersenyum ramah.
“Kalau kau tak keberatan, aku ingin mengundangmu makan!”
“Senang sekali mendengarnya,” jawab si Singa Betina bahagia.
Akhirnya, Tigor berhasil mengundang si Singa Betina idamannya. Dalam perjalanan, singa betina itu bercerita,”Aku bangga sekali berjalan bersamamu. Kau tampan dan gagah. Sebelumnya,ada singa jantan mengundangku. Aku langsung menolaknya. Sebab ia kotor dan menyebalkan. Yang menggelikan, ada sebuah sarang pada surainya. Lucu bukan?”
Tigor meringis. Dalam hati ia merasa geli. Sebab, temannya itu tidak menyadari bahwa singa jantan itu adalah dirinya. Tentu saja ia tidak membongkar rahasianya. Malu kan!
34. BUAYA YANG TIDAK JUJUR  http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=229)
Pengarang: Anonim
Ada sebuah sungai di pinggir hutan. Di sungai itu hiduplah sekelompok buaya. Buaya itu ada yang berwarna putih, hitam, dan belang-belang. Meskipun warna kulit mereka berbeda, mereka selalu hidup rukun.
Di antara buaya-buaya itu ada seekor yang badannya paling besar. Ia menjadi raja bagi kelompok buaya tersebut. Raja buaya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga dicintai rakyatnya.
Suatu ketika terjadi musim kemarau yang amat panjang. Rumput-rumput di tepi hutan mulai menguning. Sungai-sungai mulai surut airnya. Binatang-binatang pemakan rumput banyak yang mati.
Begitu juga dengan buaya-buaya. Mereka sulit mencari daging segar. Kelaparan mulai menimpa keluarga buaya. Satu per satu buaya itu mati.
Setiap hari ada saja buaya yang menghadap raja. Mereka melaporkan bencana yang dialami warga buaya. Ketika menerima laporan tersebut, hati raja buaya merasa sedih.
Untung Raja Buaya masih memiliki beberapa ekor rusa dan sapi. Ia ingin membagi-bagikan daging itu kepada rakyatnya.
Raja Buaya kemudian memanggil Buaya Putih. Dan Buaya Hitam. Raja Buaya lalu berkata, “Aku tugaskan kepada kalian berdua untuk membagi-bagikan daging. Setiap pagi kalian mengambil daging di tempat ini. Bagikan daging itu kepada teman-temanmu!”
“Hamba siap melaksanakan perintah Paduka Raja,” jawab Buaya Hitam dan putih serempak.
“Mulai hari ini kerjakan tugas itu!”perintah Raja Buaya lagi.
Kedua Buaya itu segera memohon diri. Mereka segera mengambil daging yang telah disediakan. Tidak lama kemudian mereka pergi membagi-bagikan daging itu.
Buaya Putih membagikan makanan secara adil. Tidak ada satu buaya pun yang tidak mendapat bagian. Berbeda dengan Buaya Hitam, daging yang seharusnya dibagi-bagikan, justru dimakannya sendiri. Badan Buaya Hitam itu semakin gemuk.
Selesai membagi-bagikan daging, Buaya Putih dan Buaya Hitam kembali menghadap raja.
“Hamba telah melaksanakan tugas dengan baik, Paduka,” lapor Buaya Putih.
“Bagus! Bagus! Kalian telah menjalankan tugas dengan baik,” puji Raja.
Suatu hari setelah membagikan makanan,Buaya Putih mampir ke tempat Buaya Hitam. Ia terkejut karena di sana-sini banyak bangkai buaya.
Sementara tidak jauh dari tempat itu Buaya Hitam tampak sedang asyik menikmati makanan. Buaya Putih lalu mendekati Buaya Hitam.
“Kamu makan jatah makanan temen-teman, ya?”
“Kamu biarkan mereka kelaparan!” ujar Buaya Putih.
“Jangan menuduh seenaknya!” tangkis Buaya Hitam.
“Tapi, lihatlah apa yang ada di depanmu itu!” sahut Buaya Putih sambil menunjuk seekor buaya yang mati tergeletak.
“Itu urusanku, engkau jangan ikut campur! Aku memang telah memakan jatah mereka. engkau mau apa?” tantang Buaya Hitam.
“Kurang ajar!” ujar Buaya Putih sambil menyerang Buaya Hitam. Perkelahian pun tidak dapat dielakkan. Kedua buaya itu bertarung seru. Akhirnya, Buaya Hitam dapat dikalahkan.
Buaya Hitam lalu dibawa kehadapan Raja. Beberapa buaya ikut mengiringi perjalanan mereka. Di hadapan Sang Raja, Buaya Putih segera melaporkan kelakuan Buaya Hitam. Buaya Hitam lalu mendapat hukuman mati karena kejahatannya itu.
“Buaya Putih, engkau telah berlaku jujur, adil, serta patuh. Maka kelak setelah aku tiada, engkaulah yang berhak menjadi raja menggantikanku,” demikian titah Sang Raja kepada Buaya Putih.
35. SI KELEDAI PEMBAWA GARAM  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=228)
Pengarang: Aesop
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam di punggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya. “Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi,” kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. “Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar,” kata keledai dengan gembira.
Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan byuur! Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban di punggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. “Ya ampun, garamnya habis!” kata tuannya dengan marah. “Oh, maaf! garamnya larut di dalam air ya?” kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. “Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana,” kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur!. Tentu saja garam yang ada di punggungnya
menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. “Asyik! Jadi ringan!” kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah. “Dasar keledai malas!” kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja.
Byuuur!. Namun apa yang terjadi? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada di punggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.
HIKMAH : Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan kerugian bagi kita sendiri
Pengarang: Anonim
Pada jaman dahulu, tersebutlah seekor ayam yang bersahabat dengan seekor kera. Namun persahabatan itu tidak berlangsung lama, karena kelakuan si kera. Pada suatu petang Si Kera mengajak si ayam untuk berjalan-jalan. Ketika hari sudah petang si Kera mulai merasa lapar. Kemudian ia menangkap si Ayam dan mulai mencabuti bulunya. Si Ayam meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Akhirnya, ia dapat meloloskan diri.
Ia lari sekuat tenaga. Untunglah tidak jauh dari tempat itu adalah tempat kediaman si Kepiting. Si Kepiting adalah teman sejati darinya. Dengan tergopoh-gopoh ia masuk ke dalam lubang kediaman si Kepiting. Disana ia disambut dengan gembira. Lalu Si Kepiting menceritakan semua kejadian yang dialaminya, termasuk penghianatan si Kera.
Mendengar hal itu akhirnya si Kepiting tidak bisa menerima perlakuan si Kera. Ia berkata, “marilah kita beri pelajaran kera yang tahu arti persahabatan itu.” Lalu ia menyusun siasat untuk memperdayai si Kera. Mereka akhirnya bersepakat akan mengundang si Kera untuk pergi berlayar ke pulau seberang yang penuh dengan buah-buahan. Tetapi perahu yang akan mereka pakai adalah perahu buatan sendiri dari tanah liat.
Kemudian si Ayam mengundang si Kera untuk berlayar ke pulau seberang. Dengan rakusnya si Kera segera menyetujui ajakan itu. Beberapa hari berselang, mulailah perjalanan mereka. Ketika perahu sampai ditengah laut, mereka lalu berpantun. Si Ayam berkokok “Aku lubangi ho!!!” Si Kepiting menjawab “Tunggu sampai dalam sekali!!”
Setiap kali berkata begitu maka si ayam mencotok-cotok perahu itu. Akhirnya perahu mereka itu pun bocor dan tenggelam. Si Kepiting dengan tangkasnya menyelam ke dasar laut. Si Ayam dengan mudahnya terbang ke darat. Tinggallah Si Kera yang meronta-ronta minta tolong. Karena tidak bisa berenang akhirnya ia pun mati tenggelam.
Pengarang: Aesop
Suatu hari, beberapa anak laki-laki sedang bermain di tepi sebuah kolam yang ditinggali oleh para katak. Anak-anak itu menghibur diri dengan melemparkan batu-batu ke kolam sehingga membuat katak-katak itu ketakutan dan melompat kesana-kemari di dalam air untuk menghindari lemparan batu itu.
Batu-batu itu terbang dan menghujani kolam dengan cepat dan para pemuda itu merasa sangat senang, tetapi katak-katak yang malang yang ada di kolam itu gemetar ketakutan.
Akhirnya salah satu dari katak-katak itu, yang tertua dan yang paling berani, menongolkan kepalanya ke permukaan air, dan berkata, “Tolong, hentikan permainan kejam kalian! Walaupun itu asyik bagi kalian, tapi berarti kematian bagi kami!”?
HIKMAH : Dalam hidup ini, selalu berpikir apakah kesenangan Anda bisa menyebabkan penderitaan bagi orang lain.
38. MONYET 7 LUMBA – LUMBA   (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=217)
Pengarang: Anonim
Pada jaman dahulu,beberapa orang pelaut bersiap-siap pergi ke laut untuk berlayar.salah seorang diantara mereka membawa monyet peliharaannya untuk dibawa dalam perjalanan yang panjang tersebut.ketika mereka telah berada jauh di laut,badai yang dasyat membalikan kapal mereka.setiap orang jatuh ke dalam laut dan si monyet merasa yakin bahwa ia akan tenggelam.
Tiba-tiba,seekor lumba-lumba muncul dan membawa monyet itu.mereka segera tiba di pulau dan si monyet turun dari punggung lumba-lumba.lumba-lumba itu bertanya kepada monyet,”tahukah kamu tempat ini?”monyet itu menjawab,”ya,aku tahu.sesungguhnya,raja pulau ini teman baik saya.Tahukah kamu sesungguhnya aku adalah seorang pangeran?”
Mengetahui bahwa tak seorang pun yang hidup di pulau itu, lumba-lumba berkata,”baik,baik,jadi kamu seorang pangeran.sekarang kamu dapat menjadi seorang raja.” monyet itu menjawab,”bagaimanakah aku dapat menjadi seorang raja?”Ketika lumba-lumba itu mulai berenang menjauh,ia menjawab,”Itu mudah.karena kamu satu-satunya penghuni pulau ini,maka kamu sesungguhnya seorang raja.”
Pengarang: Aesop
Ada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
“Apa!” teriak sang Semut dengan terkejut, “tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang musim panas?”
“Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan,” keluh sang Belalang; “Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu.”
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
“Membuat lagu katamu ya?” kata sang Semut, “Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!” Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka.
40. PAMAN ALFRED & TIGA EKOR RAKUN (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=211)  Pengarang: Anonim
Di sebuah peternakan yang luas, tinggal seorang peternak yang bernama Alfred. Ia lebih sering di panggil Paman Alfred oleh tetangga di sekitarnya. Setiap hari pekerjaannya memerah susu sapi dan memberi sapi-sapinya makan, membabat rumput-rumputan untuk makanan sapi, kemudian memberi makan ternak-ternaknya yang lain. Selain itu juga membersihkan ladang jagung dan gandumnya. Setelah semuanya selesai, Paman Alfred berkeliling ladang dan peternakannya, melihat apakah ada pagar-pagar yang rusak atau tidak.
Sore menjelang malam hari, Paman Alfred merasa punggungnya sakit dan pegal semua. Setelah makan malam, ia segera tidur karena badannya sudah sangat lelah. Ia menghempaskan badannya di tempat tidurnya yang besar dan empuk. “Saya sangat lelah,” keluhnya. Tidak lama kemudian, Paman Alfred tertidur. Di tengah tidurnya, ia tiba-tiba terbangun mendengar ada suara sesuatu dari atap loteng rumahnya. Paman Alfred merasa terganggu tidurnya. Ia segera mengenakan sendal dan mengambil senter.
Paman Alfred berjalan menaiki tangga menuju atap lotengnya. Setelah membuka pintu lotengnya, paman Alfred sangat terkejut sampai hampir terjatuh ke belakang. Ia melihat 3 ekor rakun yang sedang bernyanyi. Karena kesalnya, ia berteriak, “Diam..!”, 3 rakun tersebut tetap bernyanyi, walaupun sudah diusir. Akhirnya, paman Alfred kembali ke kamarnya. Ia mencoba untuk melanjutkan tidurnya.
Esok harinya, ia mengalami hal yang sama dengan kemarin. Paman Alfred akhirnya membeli racun pengusir rakun. Ketika malam hari, Paman Alfred kembali mendengar rakun-rakun tersebut bernyanyi. Rakun-rakun tersebut tidak mau menyentuh makanan yang diberikan Paman Alfred. Mereka tahu kalau makanan tersebut sudah diberi racun. Paman Alfred naik ke loteng. Ia berteriak-teriak menyuruh rakun-rakun itu berhenti menyanyi. Ia juga melempar rakun-rakun itu dengan sendalnya. Rakun-rakun itu mengelak sambil terus bernyanyi mengejek Paman Alfred.
Keesokan harinya. Paman Alfred pergi ke perpustakaan. Ia mencari buku cara mengusir rakun. Setelah hampir satu jam, buku yang dicarinya berhasil ditemukan. Di buku tersebut tertulis cara mengusir rakun adalah dengan membunyikan suara yang bising, misalnya dengan radio dan lainnya. Setelah sampai di rumah, Paman Alfred menyiapkan radio tuanya. Ia memasukkan kaset lagu rock ke dalam radiotapenya.
Malam harinya, ia memasang radio tersebut di loteng. Ia mencoba untuk tidur tetapi rasa penasaran membuat Paman Alfred ingin melihat keadaan di loteng. Ia kembali terkejut melihat rakun-rakun tersebut masih ada di loteng. Mereka bahkan tidak hanya menyanyi. Mereka juga menari-nari mengikuti musik.
Habis sudah kesabaran Paman George. Mukanya menjadi merah karena kesal, setelah mematikan radio ia berteriak sekeras-kerasnya. “Diaammmm!”, teriak Paman Alfred. Setelah agak reda kekesalannya, Paman Alfred berkata, “Aku punya tawaran untuk kalian, bagaimana kalau kita tukar tempat?, kalian boleh menempati kamarku sebagai tempat kalian”, ujar Paman Alfred kepada rakun-rakun itu. Rakun-rakun itu setuju. Esok malam mereka menempati kamar Paman Alfred, sedang Paman Alfred tidur di loteng. Setelah menyanyi dan menari akhirnya rakun-rakun itu tertidur di kamar Paman Alfred.
Paman Alfred yang sudah sangat lelah tidak memikirkan lagi tempat tidurnya. Ia tertidur lelap di loteng. Saking lelapnya, Paman Alfred bermimpi tentang rakun, ia bernyanyi dalam mimpinya, persis seperti nyanyian yang di nyanyikan oleh 3 rakun. Tiga rakun yang tidur di kamar Paman Alfred terbangun, mereka merasa terganggu dan takut mendengar suara yang berasal dari loteng. Mereka segera berlarian keluar rumah dan akhirnya mereka tidak pernah datang lagi ke rumah Paman Alfred. Akhirnya sejak saat itu, Paman Alfred bisa tidur dengan nyenyak setelah bekerja seharian.
 
41.  BUAYA AJAIB  ( http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=207 )
pengarang: Anonim
Pada jaman dahulu, hiduplah seorang lelaki bernama Towjatuwa di tepian sungai Tami daerah Irian Jaya.
Lelaki itu sedang gundah, oleh karena isterinya yang hamil tua mengalami kesulitan dalam melahirkan bayinya. Untuk membantu kelahiran anaknya itu, ia membutuhkan operasi yang menggunakan batu tajam dari sungai Tami.
Ketika sedang sibuk mencari batu tajam tersebut, ia mendengar suara-suara aneh di belakangnya. Alangkah terkejutnya Towjatuwa ketika ia melihat seekor buaya besar di depannya. Ia sangat ketakutan dan hampir pingsan. Buaya besar itu pelan-pelan bergerak ke arah Towjatuwa. Tidak seperti buaya lainnya, binatang ini memiliki bulu-bulu dari burung Kaswari di punggungnya. Sehingga ketika buaya itu bergerak, binatang itu tampak sangat menakutkan.
Namun saat Towjatuwa hendak melarikan diri, buaya itu menyapanya dengan ramah dan bertanya apa yang sedang ia lakukan. Towjatuwapun menceritakan keadaan isterinya. Buaya ajaib inipun berkata: “Tidak usah khawatir, saya akan datang ke rumahmu nanti malam. Saya akan menolong isterimu melahirkan.” Towjatuwa pulang menemui isterinya. Dengan sangat berbahagia, iapun menceritakan perihal pertemuannya dengan seekor buaya ajaib.
Malam itu, seperti yang dijanjikan, buaya ajaib itupun memasuki rumah Towjatuwa. Dengan kekuatan ajaibnya, buaya yang bernama Watuwe itu menolong proses kelahiran seorang bayi laki-laki dengan selamat. Ia diberi nama Narrowra. Watuwe meramalkan bahwa kelak bayi tersebut akan tumbuh menjadi pemburu yang handal.
Watuwe lalu mengingatkan agar Towjatuwa dan keturunannya tidak membunuh dan memakan daging buaya. Apabila larangan itu dilanggar maka Towjatuwa dan keturunannya akan mati. Sejak saat itu, Towjatuwa dan anak keturunannya berjanji untuk melindungi binatang yang berada disekitar sungai Tami dari para pemburu.
42.  SERIGALA DAN KAMBING KECIL (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=206)
Pengarang: Aesop
Suatu ketika, ada seekor kambing kecil yang tanduknya mulai tumbuh dan membuat dia berpikir bahwa saat itu dia sudah dewasa dan bisa menjaga dirinya sendiri. Suatu sore ketika gerombolan kambing mulai pulang ke peternakan kembali dan ibunya sudah memanggilnya, anak kambing tersebut tidak memperhatikan dan memperdulikan panggilan ibunya. Dia tetap tinggal di lapangan rumput tersebut dan mengunyah rumput-rumput yang halus disekelilingnya. Beberapa saat kemudian ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat gerombolan kambing termasuk ibunya sudah tidak ada lagi.
Sekarang dia tinggal sendirian. Matahari sudah terbenam. Bayangan panjang mulai menutupi tanah. Angin dingin mulai datang bertiup dan membuat suara yang menakutkan. Anak kambing tersebut mulai gemetar karena takut dia akan bertemu dengan serigala. Kemudian dia mulai lari sekencang-kencangnya melewati lapangan rumput untuk pulang ke peternakan, sambil mengembik-embik memanggil ibunya. Tetapi di tengah jalan, dekat pohon perdu, apa yang ditakutkan benar-benar terjadi, seekor serigala telah berdiri di sana memandangnya dengan wajah lapar.
Kambing kecil itu tahu bahwa kecil harapan untuk dia bisa lolos dari sergapan serigala tersebut.
“Tolonglah, tuan Serigala,” katanya dengan gemetar, “Saya tahu kamu akan memakan saya. Tetapi pertama kali, nyanyikanlah saya sebuah lagu dengan suling mu, karena saya ingin menari dan bergembira selama saya bisa.”
Serigala dan Kambing Kecil
Serigala tersebut menyukai gagasan dari kambing kecil tadi, bermain musik sebelum makan, jadi serigala itu mengeluarkan serulingnya dan mulai memainkan lagu gembira dan kambing kecil itu meloncat-loncat menari bergembira.
Sementara gerombolan kambing tadi bergerak pulang ke peternakan, di keheningan sore yang mulai beranjak gelap, suara seruling dari serigala sayup-sayup terdengar. Anjing-anjing gembala yang menjaga gerombolan kambing tersebut lansung menajamkan telinganya dan mengenali lagu yang dimainkan oleh serigala, dan dengan cepat anjing-anjing gembala tersebut lari ke arah serigala tersebut dan menyelamatkan kambing kecil yang sedang menari-nari.
Serigala yang hendak memakan kambing kecil tadi akhirnya lari dikejar-kejar oleh anjing gembala, dan berpikir betapa bodohnya dia, memainkan lagu dengan seruling untuk si kambing kecil pada saat dia seharusnya sudah menerkamnya langsung.
Himah: Jangan biarkan apapun membuat kamu berbalik melupakan tujuan utamamu
43.   KISAH PETANI & ANAK HARIMAU  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=205Pengarang: Anonim
Pada zaman dahulu kala di dataran tanah jawa,pulau jawa masih di liputi hutan belantara yang lebat. Jumlah manusia yang menghuni pulau jawa kala itu masih sedikit. Hingga mereka hidup berpencar ke segala penjuru dengan berkelompok untuk membangun peradaban.
Al-kisah ada sebuah desa kecil yang sangat subur. Desa itu terletak di tengah-tengah persawahan. Itu berguna agar desa mereka tidak langsung berbatasan dengan hutan,hingga mereka aman dari hewan-hewan buas yang berkeliaran.
Dan sawah-sawah mereka berbatasan langsung dengan hutan. Maka ketika mereka menggarap sawah,mereka juga harus waspada dari bahaya sergapan hewan buas. Di antara hewan-hewan buas yang paling di takuti adalah harimau,karena sudah sering memakan korban.
Di desa itu tinggalah seorang kakek terkenal baik hati dan ramah yang bernama ki maulaya. Para warga desa sangat segan dan mengagumi beliau. Bukan hanya karena keramahanya,sifatnya yang arif dan bijaksana sering di jadikan patokan ketika ada perselisihan. Itu bukan suatu hal yang aneh,karena ki maulaya adalah seorang penyiar agama. Beliau datang ke desa itu untuk menyebarkan ajaran islam yang beliau bawa. Beliau mengajar bukan hanya lewat nasehat dan ucapan,tapi beliau juga memberi contoh teladan dengan tingkah laku.
Pada suatu pagi ki maulaya berangkah ke sawah seperti hari biasa. Dia membawa cangkul dan sebungkus bekal.
Sesampainya di sawah,ki maulaya pun melakukan kegiatan seperti biasa. Dan ketika hari beranjak sore,ki maulaya pun bersiap pulang.
Di tengah-tengah perjalanan menuju rumahnya,ki maulaya terhenti oleh suara yang di dengarnya. Itu adalah suara binatang yang dia faham betul,dan sepertinya binatang itu sedang dalam masalah dan butuh pertolongan.
Ki maulaya pun mencari dari mana suara itu berasal. Dan dia pun menemukan sebuah lubang jebakan,dan di lihatnya di dalam lubang itu ada tiga ekor anak harimau yang terjebak tak bisa keluar.
Melihat bahwa binatang yang dia temukan bisa membahayakanya,diapun tertegun sejenak. Terjadi pergulatan dalam batinya. Satu sisi dia kasihan pada hewan itu dan ingin menolongnya,tapi pada sisi lain ketakukan juga menyelimuti hatinya.
Ahirnya setelah beberapa saat terpaku,ki maulaya dapat menekan rasa takutnya. “Aku percaya..bahwa kebaikan pasti di balas dengan kebaikan pula. Bismillahirrohmanirrohim..”.gumamnya meneguhkan hati kemudian masuk ke dalam lubang.
Di keluarkanya satu persatu anak harimau itu,setelah semua terangkat dia pun naik keluar dari lubang itu. Tapi baru saja dia sampai di atas,tiba-tiba dari semak belukar keluar seekok harimau yang sangat besar. Harimau itu adalah induk dari tiga anak harimau yang dia tolong.
Ki maulayapun gemetar dan berkeringat dingin,rasa takut telah menjalar ke sekujur tubuhnya. Tapi dia mencoba mengendalikan diri,yang ada di fikiranya saat itu hanya pasrah pada kehendak sang pencipta.
Diapun mencoba menenangkan diri dan menekan rasa takutnya. “Aku tak berniat menyakiti anak-anak mu. Aku hanya mencoba menolong mereka”.katanya dengan bibir bergetar. “Apakah kau akan membalas kebaikan ku dengan memakan ku? Kalau itu kehendak mu,aku ikhlas jadi santapan mu. Tapi dengan satu perjanjian..jangan pernah kau ganggu anak cucu dan semua keturunan ku,sebagai balasan aku selamatkan keturunan mu hari ini”.kata ki maulaya pada harimau itu.
Tapi tak ada tanda-tanda harimau itu akan menerkamnya. Harimau itu hanya mendekatinya sambil mengendus-endus ki maulaya,lalu dia pergi membawa anak-anaknya. Setelah mengalami kejadian yang mengerikan itu,ki maulayapun meneruskan perjalanan pulang.
Konon setelah kejadian itu,ki maulaya dan harimau menjadi sahabat. Harimau itu sering menunggui ki maulaya ketika di sawah,menjaganya dari bahaya hewan-hewan buas di hutan.
Dan ketika ki maulaya mengadakan sebuah acara,pasti dia menemukan seekor rusa yang di taruh di depan pintunya. Rusa itu tidak mati,hanya terlihat bekas luka gigitan di kakinya sehingga dia tak lagi bisa lari. Dan ki maulaya tahu kalau itu adalah kiriman dari si harimau sahabatnya.
Sampai ketika ki maulaya sudah wafat,terkadang para warga masih sering melihat harimau yang berkunjung ke rumah ki maulaya. Harimau itu hanya duduk sebentar di pelataran kemudian kembali lagi ke dalam hutan.
Entah itu induk harimau yang menjadi sahabat ki maulaya dulu atau anak turunya. Tapi yang pasti..anak cucu ki maulaya tak lagi heran jika pagi-pagi membuka pintu,mereka temui seekor harimau yang tidur di pelataran.
Dan sebagaimana perjanjian ki maulaya dan induk harimau,anak cucu dan keturunan ki maulaya tak pernah ada yang di lukai apa lagi di mangsa oleh harimau.
Dan apa yang di yakini ki maulaya kini terbukti.. “Kebaikan pasti di balas dengan kebaikan pula”.
Dan ini bisa memberi contoh pada kita, jangan ragu untuk menyebar kebaikan. Bahkan pada musuh mu sendiri…
44.  BALAS BUDI BURUNG BANGAU  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=204)
Pengarang: Anonim
Dahulu kala di suatu tempat di Jepang, hidup seorang pemuda bernama Yosaku. Kerjanya mengambil kayu bakar di gunung dan menjualnya ke kota. Uang hasil penjualan dibelikannya makanan. Terus seperti itu setiap harinya. Hingga pada suatu hari ketika ia berjalan pulang dari kota ia melihat sesuatu yang menggelepar di atas salju. Setelah di dekatinya ternyata seekor burung bangau yang terjerat diperangkap sedang meronta-ronta. Yosaku segera melepaskan perangkat itu. Bangau itu sangat gembira, ia berputar-putar di atas kepala Yosaku beberapa kali sebelum terbang ke angkasa. Karena cuaca yang sangat dingin, sesampainya dirumah, Yosaku segera menyalakan tungku api dan menyiapkan makan malam. Saat itu terdengar suara ketukan pintu di luar rumah. Ketika pintu dibuka, tampak seorang gadis yang cantik sedang berdiri di depan pintu. Kepalanya dipenuhi dengan salju.
“Masuklah, nona pasti kedinginan, silahkan hangatkan badanmu dekat tungku,” ujar Yosaku. “Nona mau pergi kemana sebenarnya ?”, Tanya Yosaku. “Aku bermaksud mengunjungi temanku, tetapi karena salju turun dengan lebat, aku jadi tersesat.” “Bolehkah aku menginap disini malam ini ?”. “Boleh saja Nona, tapi aku ini orang miskin, tak punya kasur dan makanan.” ,kata Yosaku. “Tidak apa-apa, aku hanya ingin diperbolehkan menginap”.
Kemudian gadis itu merapikan kamarnya dan memasak makanan yang enak. Ketika terbangun keesokan harinya, gadis itu sudah menyiapkan nasi. Yosaku berpikir bahwa gadis itu akan segera pergi, ia akan merasa kesepian. Salju masih turun dengan lebatnya. “Tinggallah disini sampai salju reda.” kata Yosaku. Setelah lima hari berlalu salju mereda. Gadis itu berkata kepada Yosaku, “Jadikan aku sebagai istrimu, dan biarkan aku tinggal terus di rumah ini.” Yosaku merasa bahagia menerima permintaan itu. “Mulai hari ini panggillah aku Otsuru”, ujar si gadis. Setelah menjadi Istri Yosaku, Otsuru mengerjakan pekerjaan rumah dengan sungguh-sungguh. Suatu hari, Otsuru meminta suaminya, Yosaku, membelikannya benang karena ia ingin menenun. Otsuru mulai menenun. Ia berpesan kepada suaminya agar jangan sekali-kali mengintip ke dalam penyekat tempat Otsuru menenun.
Setelah tiga hari berturut-turut menenun tanpa makan dan minum, Otsuru keluar. Kain tenunannya sudah selesai. “Ini tenunan ayanishiki. Kalau dibawa ke kota pasti akan terjual dengan harga mahal. Yosaku sangat senang karena kain tenunannya dibeli orang dengan harga yang cukup mahal. Sebelum pulang ia membeli bermacam-macam barang untuk dibawa pulang. “Berkat kamu, aku mendapatkan uang sebanyak ini, terima kasih istriku. Tetapi sebenarnya para saudagar di kota menginginkan kain seperti itu lebih banyak lagi. “Baiklah akan aku buatkan”, ujar Otsuru. Kain itu selesai pada hari keempat setelah Otsuru menenun. Tetapi tampak Otsuru tidak sehat, dan tubuhnya menjadi kurus. Otsuru meminta suaminya untuk tidak memintanya menenun lagi. Di kota, Sang Saudagar minta dibuatkan kain satu lagi untuk Kimono tuan Putri. Jika tidak ada maka Yosaku akan dipenggal lehernya. Hal itu diceritakan Yosaku pada istrinya. “Baiklah akan ku buatkan lagi, tetapi hanya satu helai ya”, kata Otsuru.
Karena cemas dengan kondisi istrinya yang makin lemah dan kurus setiap habis menenun, Yosaku berkeinginan melihat ke dalam ruangan tenun. Tetapi ia sangat terkejut ketika yang dilihatnya di dalam ruang menenun, ternyata seekor bangau sedang mencabuti bulunya untuk ditenun menjadi kain. Sehingga badan bangau itu hampir gundul kehabisan bulu. Bangau itu akhirnya sadar dirinya sedang diperhatikan oleh Yosaku, bangau itu pun berubah wujud kembali menjadi Otsuru. “Akhirnya kau melihatnya juga”, ujar Otsuru. “Sebenarnya aku adalah seekor bangau yang dahulu pernah Kau tolong”, untuk membalas budi aku berubah wujud menjadi manusia dan melakukan hal ini,” ujar Otsuru. “Berarti sudah saatnya aku berpisah denganmu”, lanjut Otsuru. “Maafkan aku, ku mohon jangan pergi,” kata Yosaku. Otsuru akhirnya berubah kembali menjadi seekor bangau. Kemudian ia segera mengepakkan sayapnya terbang keluar dari rumah ke angkasa. Tinggallah Yosaku sendiri yang menyesali perbuatannya.
 
Pengarang: Anonim
Pada suatu hari yang panas,seekor burung gagak yang kehausan terbang di atas ladang untuk mencari air.Lama sekali ia terbang untuk mencari air,tetepi tidak menemukaannya.Lalu ia merasa sangat lemah dan kehilangan harapan.
Tiba-tiba ia melihat sebuah tempayan air di bawah sana.Ia pun terbang ke bawah untuk melihat kalau-kalau ada air di dalamnya.Ya,ia dapat melihat air di dalam tempayan. Kemudian gagak itu berusaha memasukkan kepalanya ke dalam tempayan.Sayang, leher tempayan tempayan itu terlalu sempit untuk kepalanya.Kemudian ia berusaha untuk menggulingkan tempayan itu agar airnya mengalir.Tetapi ternyata tempayan itu terlalu berat baginya.
Gagak itu kemudian berpikir keras sebentar.Kemudian ketika ia menengok ke kanan dan ke kiri,ia melihat beberapa kerikil.Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya gagasan yang bagus.Ia pun mulai memunguti kerikil itu satu demi satu,kemudian memasukkan setiap kerikil itu ke dalam tempayan.Dengan semakin banyak kerikil yang dimasukkan,maka air pun naik,sehingga burung gagak itu dapat meminum air dari tempayan tersebut.Ternyata gagasannya itu terwujud.
 
Pengarang: Anonim
Di hutan yang rindang, hidup seekor anak landak yang merasa kesepian. Landi namanya. Landi tidak mempunyai teman karena teman-temannya takut tertusuk duri tajam yang ada di badannya. “Maaf Landi, kami ingin bermain denganmu, tapi durimu sangat tajam,” kata Cici dan teman-temannya. Tinggallah Landi sendirian. Ia hanya bisa bersedih. “Mengapa mereka tidak mau berteman dan bermain denganku?, padahal tidak ada seekor binatang pun yang pernah tertusuk duriku,” gumam Landi.
Hari-hari berikutnya Landi hanya melamun di tepi sungai. “Ah, andai saja semua duriku ini hilang, aku bisa bebas bermain dengan teman-temanku”, kata Landi dalam hati. Landi merasa tidaklah adil hidupnya ini, selalu dijauhi teman-temannya. Ketika sedang asyik dengan lamunannya, muncullah Kuku Kura-kura. “Apa yang sedang kau lamunkan, Landi?” sapa kuku mengejutkan. “Ah, tidak ada,” jawab Landi malu. “Jika kau mempunyai masalah, aku siap mendengarkannya,” kata Kuku.
Kuku kura-kura kemudian duduk di sebelah Landi. Lalu Landi mulai bercerita tentang masalahnya. “Kau tak perlu khawatir. Aku bersedia menjadi sahabatmu. Percayalah!” kata kuku sambil menjabat tangan Landi. Betapa girangnya hati Landi. Kini ia mempunyai teman. “Tempurungmu tampak begitu berat. Apa kau tidak merasa tersiksa?” tanya Landi. “Oh, sama sekali tidak. Justru tempurung ini sangat berguna. Tempurung ini bisa melindungiku. Jika ada bahaya, aku hanya perlu menarik kaki dan kepalaku ke dalam. Hebat kan? Selain itu aku tak perlu repot mencari tempat tinggal. “Rumahku ini bisa berpindah-pindah sesuai keinginanku”, kata Kuku kura-kura sambil mempraktekkan apa yang dikatakannya. Landi landak merasa terhibur.
Suatu hari, teman Landi yang bernama Sam Kodok berulang tahun. Semua diundang, termasuk Landi Landak. “Ayo Landi, kau harus datang ke pesta itu,” bujuk Kuku kura-kura. “Aku tidak mau karena nanti teman-teman yang lain pasti akan menjauhiku karena takut
tertusuk duri,” kata Landi dengan sedih. “Jangan khawatir, kau kan tidak sendirian. Aku akan menemanimu. Di sana banyak kue yang lezat dam tentu saja buah apel loh!” Mendengar kata apel, Landi menjadi tergoda. Ia memang sangat menyukai apel. Akhirnya Landi mau juga berangkat bersama Kuku kura-kura.
Pesta Sam kodok sangat meriah. Wangi aneka bunga tercium disetiap sudut ruangan. Ada dua meja panjang diletakkan di sisi kiri dan kanan halaman Sam kodok. Di atasnya tersedia berbagai macam kue dan buah-buahan. “Lihat! Di dekat meja ada satu tong sirup apel!, kata Landi”.
Landi dan Kuku kura-kura memberikan selamat pada Sam kodok. Setelah meniup lilin. Semua bertepuk tangan sambil bernyanyi “Selamat Ulang Tahun”. Pada saat berdansa, semua yang diundang menghindar dari Landi landak. Mereka takut tertusuk duri Landi landak. Akhirnya, Kuku kura-kura lah yang menemani Landi berdansa.
Tiba-tiba, pesta yang mengasyikkan itu terhenti dengan teriakan Tito. Ia datang sambil berlari ketakutan. “Awas! Serigala jahat datang! Tolong…! Tolong…! Teriaknya dengan napas tersengal-sengal. Semua menjadi ketakutan. Mereka berlarian menyelamatkan diri. Karena tidak bisa berlari, Kuku kura-kura langsung memasukkan
kepala dan kakinya ke tempurung rumahnya. Sedangkan Landi Landak segera menggulung tubuhnya menjadi seperti bola. Serigala jahat yang mengejar teman-teman Landi tidak melihat tubuh Landi. Tiba-tiba, “Brukk, aduhhh…” teriak serigala jahat. Ia tertusuk duri tajam Landi Landak. Sambil menahan sakit, Serigala jahat langsung lari tunggang langgang. Maka selamatlah Landi dan teman-temannya.
“Hore..! Hore…! Hidup Landi Landak!” semua binatang mengelukan Landi. Landi menjadi tersipu malu karenanya. “Maafkan aku Landi, selama ini aku menjauhimu. Padahal kau tidak pernah menyakitiku. Ternyata duri tajammu itu telah menyelamatkan kita semua,” sesal Cici Kelinci. Akhirnya semua yang datang ke pesta Sam Kodok meminta maaf pada Landi Landak karena telah menjauhinya kemudian mereka pun berterima kasih pada Landi Landak karena telah melindungi mereka dari serigala jahat. Kini, Landi Landak tidak merasa kesepian lagi. Teman-temannya tidak takut lagi akan durinya yang tajam. Bahkan mereka merasa aman jika Landi berada di dekat mereka.
47. BURUNG GAGAK & SEBUAH KENDI  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=196)  Pengarang: Aesop
Pada suatu musim yang sangat kering, dimana saat itu burung-burungpun sangat sulit mendapatkan sedikit air untuk diminum, seekor burung gagak menemukan sebuah kendi yang berisikan sedikit air. Tetapi kendi tersebut merupakan sebuah kendi yang tinggi dengan leher kendi sempit. Bagaimanapun burung gagak tersebut berusaha untuk mencoba meminum air yang berada dalam kendi, dia tetap tidak dapat mencapainya. Burung gagak tersebut hampir merasa putus asa dan merasa akan meninggal karena kehausan.
Kemudian tiba-tiba sebuah ide muncul dalam benaknya. Dia lalu mengambil kerikil yang ada di samping kendi, kemudian menjatuhkannya ke dalam kendi satu persatu. Setiap kali burung gagak itu memasukkan kerikil ke dalam kendi, permukaan air dalam kendipun berangsur-angsur naik dan bertambah tinggi hingga akhirnya air tersebut dapat di capai oleh sang burung Gagak.
HIKMAH: Walaupun sedikit, pengetahuan bisa menolong diri kita pada saat yang tepat.
48. KANCIL SI PENCURI KETIMUN  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=97)
Pengarang: Anonim
Siang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang. Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. “Tolong! Tolong! ” terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari. “Ada apa, sih?” kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk. Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. “Kebakaran! Kebakaran! ” teriak Kambing. ” Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan! ” Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.
Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh kecil, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-temannya. “Aduh, napasku habis rasanya,” Kancil berhenti dengan napas terengah-engah, lalu duduk beristirahat. “Lho, di mana binatang-binatang lainnya?” Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. “Wah, aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini.” Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. “Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini?’7 Kancil semakin takut dan bingung. “Tuhan, tolonglah aku.”
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani. “Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan,” mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali! “Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali,” kata Kancil sambil menelan air liurnya. “Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah.”
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya? “Hmm, sedap sekali,” kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. “Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik.” Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. “Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi,” kata Kancil sambil menguap. Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya. Krr… krr… krrr…
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. “Wah, pesta berlanjut lagi, nih,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku.” Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu. “Wow, itu dia yang kucari! ” seru Kancil gembira. “Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besarbesar lagi! Wah, pasti sedap nih.” Kancil langsung makan buah timun sampai kenyang. “Wow, sedap sekali sarapan timun,” kata Kancil sambil tersenyum puas. Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. “Wah, ladang timunku kok jadi berantakan-begini,” kata Pak Tani geram. “Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?” Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah. 7 @ Hm, awas, ya, kalau sampai tertangkap! ” omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. “Panen timunku jadi berantakan.” Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan.
Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu. “Hmm, dia pasti yang bernama Pak Tani,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kumisnya boleh juga. Tebal,’ hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi… hi… hi…. Sebelumnya Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia. Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari teman-temannya. “Aduh, Pak Tani kok lama ya,” ujar Kancil. Ya, dia telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun yang segar itu. Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, karena hasil panennya jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang berantakan. “Ah, akhirnya tiba juga waktu yang kutunggu-tunggu,” Kancil bangkit dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun Pak Tani.
Keesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya berantakan lagi. “Benar-benar keterlaluan! ” seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. “Ternyata tanaman lainnya juga rusak dan dicuri.” Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. “Hmm, pencurinya pasti binatang,” kata Pak Tani. “Jejak kaki manusia tidak begini bentuknya.” Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri. “Aku harus membuat perangkap untuk menangkapnya! ” Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!
Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin. Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak Tani. “Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi,” ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. “Ia datang bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?” Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. “Ah, lebih baik aku ke sana,” kata Kancil memutuskan. “Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis.”
“Maafkan saya, Pak,” sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. “Sayalah yang telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?” Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil. “Huh, sombong sekali!” seru Kancil marah. “Aku minta maaf kok diam saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?” gerutunya. Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua tangannya melekat erat di tubuh boneka itu. ” Lepaskan tanganku! ” teriak Kancil j engkel. ” Kalau tidak, kutendang kau! ” Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orang-orangan itu. “Aduh, bagaimana ini?”
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. “Nah, ini dia pencurinya! ” Pak Tani senang melihat jebakannya berhasil. “Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri timunku.” Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. “Katanya kancil binatang yang cerdik,” ejek Pak Tani. “Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha… ha… ha…. ” Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate. ” Aku harus segera keluar malam ini j uga I ” tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku. ” Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah. “Ssst… Anjing, kemarilah,” bisik Kancil. “Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik, ya?”
Anjing terkejut mendengarnya. “Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak.” Kancil tersenyum penuh arti. “Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! ” Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta. “Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani,” janji Kancil. “Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?” Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang. “Terima kasih,” kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. “Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya.” Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.
Kancil yang cerdik, temyata mudah diperdaya oleh Pak Tani. Itulah sebabnya kita tidak boleh takabur.
50. SI KANCIL KENA BATUNYA  (http://www.rumahdongeng.com/cerita-anak.php?id=88)
Pengarang: Anonim
Angin yang berhembus semilir-semilir membuat penghuni hutan mengantuk. Begitu juga dengan Si Kancil. Untuk mengusir rasa kantuknya ia berjalan-jalan di hutan sambil membusungkan dadanya. Sambil berjalan ia berkata, “Siapa yang tak kenal Kancil. Si pintar, si cerdik dan si pemberani. Setiap masalah pasti selesai olehku”. Ketika sampai di sungai, ia segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya. Air yang begitu jernih membuat Kancil dapat berkaca. Ia berkata-kata sendirian. “Buaya, Gajah, Harimau semuanya binatang bodoh, jika berhadapan denganku mereka dapat aku perdaya”.
Si Kancil tidak tahu kalau ia dari tadi sedang diperhatikan oleh seekor Siput yang sedang duduk di bongkahan batu yang besar. Si Siput berkata, “Hei Kancil, kau asyik sekali berbicara sendirian. Adaapa? Kamu sedang bergembira?”. Kancil mencari-cari sumber suara itu. Akhirnya ia menemukan letak Si Siput.
“Rupanya sudah lama kau memperhatikanku ya?”. Siput yang kecil dan imut-imut. Eh bukan!. “Kamu memang kecil tapi tidak imut-imut,melainkan jelek bagai kotoran ayam”. Ujar Si Kancil. Siput terkejut mendengar ucapan Si Kancil yang telah menghina dan membuatnya jengkel. Lalu Siputpun berkata, “Hai Kancil!, kamu memang cerdik dan pemberani karena itu aku menantangmu lomba adu cepat”. Akhirnya mereka setuju perlombaan dilakukan minggu depan.
Setelah Si Kancil pergi, Siput segera memanggil dan mengumpulkan teman-temannya. Ia meminta tolong teman-temannya agar waktu perlombaan nanti semuanya harus berada di jalur lomba. “Jangan lupa, kalian bersembunyi di balik bongkahan batu, dan salah satu harus segera muncul jika Si Kancil memanggil, dengan begitu kita selalu berada di depan Si Kancil,” kata Siput.
Hari yang dinanti tiba. Si Kancil datang dengan sombongnya, merasa ia pasti akan sangat mudah memenangkan perlombaan ini. Siput mempersilahkan Kancil untuk berlari duluan dan memanggilnya untuk memastikan sudah sampai mana ia sampai. Perlombaan dimulai. Kancil berjalan santai, sedang Siput segera menyelam ke dalam air. Setelah beberapa langkah, Kancil memanggil Siput.
Tiba-tiba Siput muncul di depan Kancil sambil berseru, “Hai Kancil! Aku sudah sampai sini.” Kancil terheran-heran, segera
ia mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil Si Siput lagi. Ternyata Siput juga sudah berada di depannya. Akhirnya Si Kancil berlari, tetapi tiap ia panggil Si Siput, ia selalu muncul di depan Kancil. Keringatnya bercucuran,
kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal. Ketika hampir finish, ia memanggil Siput, tetapi tidak ada jawaban. Kancil berpikir Siput sudah tertinggal jauh dan ia akan menjadi pemenang perlombaan. Si Kancil berhenti berlari, ia berjalan santai sambil beristirahat. Dengan senyum sinis Kancil berkata, “Kancil memang tiada duanya.” Kancil dikagetkan ketika ia mendengar suara Siput yang sudah duduk di atas batu besar. “Oh kasihan sekali kau Kancil. Kelihatannya sangat lelah, Capai ya berlari?”. Ejek Siput. “Tidak mungkin!”, “Bagaimana kamu bisa lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang”, seru Si Kancil.
“Sudahlah akui saja kekalahanmu,” ujar Siput. Kancil masih heran dan tak percaya kalau dikalahkan oleh binatang yang lebih kecil darinya. Kancil menundukkan kepala dan mengakui kekalahannya. “Sudahlah tidak usah sedih, aku tidak minta hadiah kok. Aku hanya ingin kamu ingat satu hal, janganlah sombong dengan kepandaian dan kecerdikanmu dalam menyelesaikan setiap masalah, kamu harus mengakui bahwa semua binatang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan mereka”, ujar Siput. Siput segera menyelam ke dalam sungai. Tinggallah Si Kancil dengan rasa menyesal dan malu.
Hikmah : Janganlah suka menyombongkan diri dan menyepelekan orang lain, walaupun kita memang cerdas dan pandai.
Cerita fabel ini dinukil dari Aesop’s fables berjudul “The Oxen and the Wheels”.
Diceritakan bahwa ada sepasang sapi yang sedang menarik sebuah gerobak di jalan berlumpur. Sepasang sapi ini mengeluarkan seluruh kekuatan yang miliki untuk menarik gerobak. Tapi, tidak terdengar keluhan dari mulut mereka.
Berbeda dengan sapi, meski punya tugas yang lebih ringan, roda justru berderit dan berteriak. Sapi yang sedang bekerja keras harus mendengar erangan berisik roda di setiap kesempatan. Hal ini membuat pekerjaan jadi lebih berat.
“Diamlah!” kata sapi pada akhirnya, setelah kesabaran mereka hilang. “Mengapa kamu mengeluh tentang begitu kerasnya bekerja? Kami kan yang menarik semua beban. Bukannya kamu?”
—–
Pesan cerita fabel ini adalah mereka yang paling menderita, biasanya tidak mengeluh.

2 komentar:

  1. http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/tren-wanita-nikahi-brondong-berakhir.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/raffi-ahmad-bilang-jodoh-seperti-sampah.html
    http://taipannnewsss.blogspot.com/2018/01/ibu-hamil-baiknya-konsumsi-ini-agar.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 7 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus
  2. Tunjukan jawapanmu🥰🥰🥰🥰🥰

    BalasHapus